Perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia yang kedua ada di bidang teknologi komunikasi dan transportasi. Perkembangan Indonesia dalam bidang ini ditandai dengan diluncurkannya satelit milik negara, yaitu Satelit Palapa pada tahun 1976. (Baca juga: Tren Teknologi di Tahun 2021, dari AI Sampai Hybrid Cloud)
ArticlePDF Available Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. SAP Susunan Artikel Pendidikan Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 p-ISSN 2527-967X e-ISSN 2549-2845 57 ANALISIS LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM Farrah Camelia Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Email 19204010003 Abstrak Kemajuan suatu negara didukung oleh kualitas sumber daya manusia di dalamnya, kemajuan teknologi dan pengetahuan merupakan dua hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan negara tersebut. Tantangan masa depan berupa perkembangan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, kemajuan industri kreatif dan budaya, pengaruh serta dampak teknosains, menuntut pelaksanaan pengembangan kurikulum dengan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih komprehensif. Kajian ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai pentingnya peningkatan mutu sumber daya manusia dengan memperbaiki pendidikan di Indonesia, salah satunya melalui pengembangan kurikulum yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil kajian menjelaskan bahwa lembaga pendidikan khususnya jalur sekolah harus mampu menunjang dan mengantisipasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan ajar atau materi sepatutnya hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kontemporer, baik berkaitan dengan hasil perolehan informasi, ataupun cara memperoleh informasi tersebut dan memanfaatkannya untuk masyarakat. Dibutuhkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi supaya memberi implikasi terhadap pengembangan sumber daya manusia. Kata Kunci Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kurikulum Abstract The progress of a country is supported by the quality of human resources in it. technological progress and knowledge are two things that are very influential on the development of the country. Future challenges include the development of information technology, the convergence of science and technology, the advancement of creative and cultural industries, the influence and impact of science, demanding the implementation of curriculum development with a more comprehensive foundation of science and technology. This study aims to broaden the reader's insight on the importance of improving the quality of human resources by improving education in Indonesia, one of which is through the development of a curriculum based on science and technology. The research methods used was the qualitatif descriptive approach. The results of the study explained that, educational institutions especially the school path must be able to support and anticipating the progress of science and technology. Teaching materials or materials should be the result of the development of contemporary science and technology, both related to the results of information acquisition, or how to obtain this information and use it for the community. It takes the use, development and mastery of science and technology in order to have implications for the development of human resources. Key Words Science and Technology, Curriculum PENDAHULUAN Kemajuan suatu negara didukung oleh kualitas sumber daya manusia SDM di dalamnya, kemajuan teknologi dan pengetahuan merupakan dua hal yang paling memberi pengaruh terhadap perkembangan negara tersebut. Semua negara maju di dunia disebabkan karena kemampuan SDM yang ditunjang dengan kemajuan teknologi dalam mengolah sumber daya alam mereka. Kemajuan teknologi informasi bergerak dengan cepat dan pesat mengubah dunia secara modern dalam berbagai bidang. Berdasarkan data yang disebutkan World Economic Forum WEF 2017 terkait Human Capital Index memperlihatkan SAP Susunan Artikel Pendidikan Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 p-ISSN 2527-967X e-ISSN 2549-2845 58 peringkat Indonesia dari peringkat 65 di tahun 2017, mengalami penurunan menjadi peringkat 87 dari total 157 negara, dengan skor 0,53 [1]. Sebagai perbandingan, terdapat 3 negara di Asia Tenggara yang memiliki peringkat di atas Indonesia; yaitu Singapura dengan skor 0,88 dan Vietnam 0,67. Apabila Indonesia tidak melakukan perbaikan, dikhawatirkan anak-anak Indonesia mengalami kesulitan untuk bersaing di tengah persaingan global. Oleh karena itu, dalam lima tahun ke depan pemerintah merencanakan untuk fokus membentuk sumber daya manusia unggul. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan sebuah proses terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui dukungan sarana dan prasarana dan keinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan [2]. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia yang diatur melalui undang-undang No. 20 tahun 2003 oleh Sekretaris Negara Republik Indonesia pada tanggal 8 Juli 2003 di Jakarta. Sistem pendidikan Indonesia terus meningkatkan perubahan dengan tujuan menciptakan sistem pendidikan yang lebih bermutu, dengan kurikulum yang lebih baik untuk melahirkan lulusan yang lebih baik pula. Dalam konteks pendidikan yang mengaktualisasikan visi pembelajaran abad 21, UNESCO menawarkan empat pilar dalam bidang pendidikan, yakni 1 Learning to know, 2 Learning to do, 3 Learning to live together, 4 Learning to be. Pendidikan yang membangun kompetensi “partnership 21st Century Learning” yaitu menuntut peserta didik agar menguasai keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan di bidang media, teknologi dan informasi [3]. Untuk merealisasikan empat pilar tersebut, harus disusun dan dikembangkan suatu sistem kurikulum secara saksama. Kurikulum yang disusun secara saksama itu antara lain disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK [4]. Zakiyah Daradjat berpendapat bahwa kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan diimplementasikan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu [5]. Pengembangan kurikulum merupakan dinamika yang dapat memberi respon terhadap tuntutan transformasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun globalisasi [6]. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perlu membangun perubahan pada sistem dan isi pendidikan yang terwujud dalam pembaruan kurikulum. Asas perkembangan pendidikan dan pembelajaran akan selalu mengikuti perkembangan IPTEK. Pengaruh langsung dari kemajuan IPTEK di sini adalah dalam memberikan materi atau bahan yang disampaikan dalam pendidikan. Oleh karena itu, kajian ini berfokus pada landasan IPTEK dalam pengembangan kurikulum. Tujuan penelitian agar kurikulum sebagai pusat muatan nilai tidak mengalami disparitas kualitas pendidikan, sehingga tidak melahirkan output pendidikan yang „kelabakan‟ dalam beradaptasi dengan konteks sosial. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bahan kajian yang menjadi rujukan yaitu 6 jurnal, 9 buku, 2 tesis, dan beberapa data lain yang berkaitan dengan topik tulisan terutama mengenai IPTEK serta kurikulum. HASIL DAN PEMBAHASAN Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ilmu dalam bahasa Indonesia seringkali dipadankan dengan sains science, dan disandingkan dengan kata pengetahuan, menjadi ilmu pengetahuan. Ilmu ialah pemahaman atau kesadaran mengenai suatu pengetahuan, dengan fungsi untuk SAP Susunan Artikel Pendidikan Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 p-ISSN 2527-967X e-ISSN 2549-2845 59 mencari, menyelediki, menganalisis suatu hipotesis. Ilmu memiliki arti sebuah pengetahuan yang didapat dengan menempuh beberapa metode dalam belajar dan pengalaman. Ilmu dapat dikatakan sebuah pengetahuan yang telah valid kebenarannya. Adapun pengetahuan merupakan suatu informasi yang disadari dan diketahui seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara mengalami atau mendapatkan dari orang lain. Akan tetapi pengetahuan belum bisa disebut ilmu jika kebenarannya belum teruji. Asal muasal manusia memperoleh pengetahuan dari fakta yang tidak akurat, tidak sistematis, dan tidak berdasar pada teori yang jelas. Sesuai dengan berkembangnya budaya, manusia mulai menyusun teori mengenai banyak hal sesuai fakta yang ada. Dalam perkembangannya, fakta beserta teori itu digunakan untuk memahami fenomena lain yang didukung oleh pengalaman. Menurut Hilda Taba, pengetahuan itu memiliki tingkatan berupa; a Adanya konsep, b Ide-ide pokok, c Metode perumusan, dan d Fakta realitas [7]. Beberapa syarat sesuatu bisa dikatakan sebagai ilmu, antara lain a Bersifat objektif, b Metodis yaitu cara yang dilakukan untuk mencegah adanya kesalahan dalam melakukan pencarian terkait hakikat kebenarannya sesuatu, c Sistematis yaitu sebuah rincian yang terstruktur dalam melakukan pengkajian terhadap suatu objek serta dapat menyimpulkannya menjadi lebih sederhana, d Universal yaitu kebenaran yang didapat setelah melakukan pengkajian bersifat umum yang artinya bisa diterima oleh semua atau sebagian besar lingkungan dan realitas [8]. Pengetahuan dan pengalaman akan menjadi ilmu pengetahuan apabila pengetahuan tersebut disusun dengan objektif, metodis, sistematis, dan universal, sesuai prosedur kerja hukum kausalitas pada masalah yang dialami. IPTEK yang dimiliki manusia pada awalnya sederhana, akan tetapi menginjak abad pertengahan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Seiring dengan kemajuan teknologi, akal manusia juga diajak berkembang. Hal ini dibuktikan ketika dahulu kala sangat mustahil ada manusia yang dapat pergi ke bulan apalagi menginjakkan kaki di sana, namun kemajuan IPTEK di pertengahan abad 20 membuktikan pesawat Apollo 11 berhasil mendarat di bulan [9]. Perkembangan ilmu pengetahuan masa kini lahir berkat sumbangsih pemikiran dan penemuan para filsuf seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Archimedes, Jhon Dewey dan lainnya. Perkembangan tersebut menghasilkan temuan baru di bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Teknologi hakikatnya merupakan implementasi dari ilmu pengetahuan dan menduduki peranan penting dalam kehidupan manusia. Teknologi lahir dari karya pikir manusia melalui proses ilmiah guna mencapai tujuan yang optimal, teknologi juga dapat diartikan sebagai sarana manusia untuk menyediakan kebutuhan. Tujuannya ialah menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien, dan sinergis terhadap pola perilaku manusia. Salah satu indikator kemajuan peradaban manusia salah satunya dapat diukur dari kemajuan IPTEK. Teknologi dibuat untuk mendukung kehidupan manusia di semua aspek. Adanya teknologi memudahkan manusia dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada, namun sering kali melampaui batas sehingga sering terjadi ketidakseimbangan dalam penggunaannya dan kerakusan manusia yang menyebabkan terjadinya bencana alam. IPTEK merupakan hasil dari gagasan-gagasan manusia dan bersifat objektif SAP Susunan Artikel Pendidikan Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 p-ISSN 2527-967X e-ISSN 2549-2845 60 sehingga mudah diterima dan dijangkau oleh masyarakat. Dengan adanya IPTEK dapat memudahakan dalam menyampaikan informasi sehingga menyebabkan perubahan dan perkembangan pada budaya. Perkembangan tersebut membuat pola pikir dan hidup masyrakat terus berubah mengikuti kemajuan. Apabila masyarakat tidak dapat mengikutinya maka mereka akan ketinggalan sehingga membuat mereka kesusahan dalam memanfaatkan sumber daya alam. Berdasarkan hal itu, sebuah bangsa atau Negara akan mengalami kemunduran karena rakyat di dalamnya tidak mampu memanfaatkan sumber daya alam dalam hal IPTEK. Di Indonesia sendiri pembangunan industri sampai saat ini belum sepenuhnya didukung oleh potensi unggul baik pendidikan, termasuk sumber daya manusianya. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Pendidikan, data yang digunakan untuk mengukur indeks pendidikan terbatas pada data melek huruf dan gross enrolment ratio dari Sekolah Dasar, Menengah hingga Perguruan Tinggi SD, SM dan PT. IPTEK belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia khususnya pendidik dan peneliti yang belum mengembangkan penelitian secara optimal [10]. Pengajar harus terus mengikuti perkembangan IPTEK supaya bisa menyampaikan materi pembelajaran yang mutakhir dan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik saat ini dan masa depan. Dengan demikian, menjadi searah dengan upaya pembaruan kurikulum yang seiring dengan kemajuan IPTEK dalam hampir semua bidang kehidupan. Pengembangan Kurikulum Di dalam bahasa Arab, kurikulum biasa disebut dengan manhaj yang artinya jalan atau cara [11]. Sedangkan kurikulum berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 terkait Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah sebuah alat dengan cara atau metode yang telah disiapkan untuk menyelenggarakan tujuan yang sudah direncanakan. Kurikulum yang semulanya hanya dimaknai dengan mata pelajaran, namun sekarang beralih pemaknaan menjadi semua kegiatan yang bersangkutan dengan pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pendidikan [12]. Menurut Doll bahwa terkait perubahan pemaknaan tersebut ialah dimana pengertian tentang kurikulum yang semulanya berkenaan dengan mata pelajaran atau studi namun sekarang berubah menjadi semua kegiatan di dalam pembelajaran yang diupayakan oleh sekolah [13]. Beberapa tahun terakhir terjadi pola pikir terkait mendidik anak, di mana sebelumnya para orang tua mempercayakan tentang pendidikan anaknya sepenuhnya kepada guru, padahal waktu di luar sekolah lebih banyak dihabiskan oleh anak, artinya seorang lebih sering di rumah dan bersama keluarga dan yang seharusnya orang tua lah yang mendidik anaknya bukan menyerahkannya kepada guru. Oleh karena semakin berkembangnya IPTEK membuat kurikulum sekolah harus terus mengikuti kemajuan tersebut, sehingga akhirnya kurikulum memiliki banyak tanggung jawab dan permasalahan yang harus diselesaikan untuk dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kemajuan dari IPTEK. Beberapa penjelasan tersebut menunjukkan betapa luas pengertian kurikulum. Supaya mendapatkan pelajaran yang luas, seorang siswa harus memiliki pengalaman dalam bergaul dengan semua anggota atau orang yang terlibat di sekolah dan alat-alat yang ada. Para ahli serta pelaksana kurikulum berbeda-beda dalam mengartikan SAP Susunan Artikel Pendidikan Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 p-ISSN 2527-967X e-ISSN 2549-2845 61 “pengembangan” kurikulum. Winarno Surahmad dalam Sukiman, mengartikan kegiatan pengembangan kurikulum ialah usaha dalam mengembangkan dan menyempurnakan perencanaan yang ada di dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum ialah istilah yang komprehensif, di dalamnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi [14]. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya menyertakan orang yang terlibat langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, di antaranya politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang memiliki kepentingan dengan pendidikan. Dalam hal ini, lembaga sekolah bertanggung jawab menerapkan kerangka kerja dalam mengoptimalkan kurikulum. Di dalam kerangka kerja tersebut berisi informasi mengenai 1 Apa yang harus dipelajari dan dipahami peserta didik subyek, 2 Apa kompetensi peserta didik, 3 Berapa lama mereka dapat belajar jam belajar, dan 4 Dengan cara bagaimana peserta didik belajar tatap muka, tugas individu, tugas terstruktur. Pada hakikatnya kurikulum mengarah pada tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Cerdas yang ingin dicapai di sini bukan hanya pandai dan terampil tetapi mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memanfaatkan kepandaian serta keterampilan tersebut dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat. Tahapan pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan mengembangkan keempat elemen utama kurikulum, antara lain mengembangkan tujuan, materi, metode dan evaluasi. Setiap elemen kurikulum merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling memengaruhi. Sebagaimana pendapat Munir [4], dalam pengembangan kurikulum, setiap pengembangan satu komponen dapat memengaruhi pengembangan komponen yang lain. Pengembangan kurikulum perlu juga memerhatikan prinsip-prinsip pengembangan yang menjadi rambu-rambu kaidah yang terkandung dalam kurikulum itu sendiri. Terutama pada tahap perencanaan yang menggambarkan ciri suatu kurikulum. Menurut Sukmadinata [9], prinsip kurikulum terbagi menjadi dua yaitu 1. Prinsip umum, antara lain a. Prinsip relevansi Kesesuaian atau relevan terbagi menjadi dua jenis, relevansi internal dan eksternal. Relevansi internal yaitu menyesuaikan antar komponen kurikulum tujuan, isi, metode, evaluasi agar mencapai tujuan tertentu, belajar, dan kemampuan peserta didik. Kurikulum dapat dinilai baik jika terdapat koherensi dan konsistensi antar komponen dalam relevansi internal. Relevansi eksternal yaitu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat masa kini dan masa depan. Kurikulum dituntut menyiapkan program belajar bagi peserta didik agar dapat beradabtasi dengan lingkungan masyarakat dimana ia berada. Pakar pengembang kurikulum harus memiliki wawasan tentang kehidupan masyarakat masa sekarang dan masa yang akan datang, artinya pengembang kurikulum harus dapat memprediksi masa depan agar dapat memenuhi kebutuhan relevansi eksternal. b. Prinsip fleksibilitas Kurikulum harus lentur, artinya sistem yang ada dalam kurikulum memberi alternatif dalam mencapai tujuan, menyesuaikan strategi dan SAP Susunan Artikel Pendidikan Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 p-ISSN 2527-967X e-ISSN 2549-2845 62 metode dengan situasi dan kondisi tertentu. c. Prinsip efektivitas Kurikulum berorientasi kepada tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum sebagai instrumen pencapaian tujuan, maka jenis dan karakteristik tujuan harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarah pada penentuan isi, metode dan sistem evaluasi juga model dan konsep kurikulum apa yang hendak digunakan. Tujuan tersebut dapat mempermudah implementasi kurikulum. d. Prinsip efisiensi Pengembang kurikulum harus memahami situasi dan kodisi tempat kurikulum akan dilaksanakan, tujuannya agar desain kurikulum memenuhi prinsip „praktis‟ atau mudah diterapkan di lapangan. e. Prinsip kontinuitas Kurikulum yang disusun harus berkesinambungan baik antar kelas maupun jenjang pendidikan, dengan tujuan agar proses belajar mengajar bisa maju secara berkesinambungan. Maka dibutuhkan kerja sama antara pengembang kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan. 2. Prinsip khusus Prinsip-prinsip khusus hanya berlaku pada tempat dan situasi tertentu. Misalnya suatu jenjang dan jenis pendidikan di masing-masing wilayah memiliki karakteristik berbeda di beberapa aspek. Prinsip tersebut menunjukkan adanya perbedaan penggunaan prinsip yang khas. Prinsip-prinsip khusus, yaitu a. Prinsip mengenai tujuan pendidikan. b. Prinsip mengenai isi pendidikan. c. Prindip mengenai proses pembelajaran. d. Prinsip mengenai alat bantu dan media pembelajaran. e. Prinsip mengenai evaluasi. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Pengembangan Kurikulum Landasan pengembangan kurikulum layaknya fondasi bangunan. Gedung menjulang tinggi akan roboh jika berdiri di atas fondasi yang rapuh, oleh karena itu sebelum membangun sebuah gedung maka perlu membangun fondasi yang kokoh terlebih dahulu. Perkembangan IPTEK juga sebagai pemacu kemajuan pembangunan. Perkembangan IPTEK secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pembaruan isi atau materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi [15]. Materi pelajaran sepatutnya hasil perkembangan IPTEK kontemporer, baik berhubungan dengan hasil perolehan informasi, ataupun cara memperoleh informasi tersebut dan memanfaatkannya untuk masyarakat. Tentu dalam proses pengembangan kurikulum harus tetap mengacu kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Dukungan IPTEK kepada pembangunan dapat mewujudkan masyarakat maju, mandiri dan sejahtera. Perkembangan IPTEK semakin cepat dan persaingan antar-bangsa makin meluas. Oleh karena itu dibutuhkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK yang mana akan memberi implikasi terhadap pengembangan SDM. Tercapainya kemampuan SDM agar dapat memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK, maka ada beberapa hal yang dijadikan sebagai dasar, yaitu a Pembangunan IPTEK selayaknya berada dalam keseimbangan yang efektif juga dinamis dengan pembinaan SDM, pelaksanaan penelitian, pengembangan sarana prasarana IPTEK, b Penyusunan IPTEK terarah pada peningkatan kehidupan bangsa dan kualitas kesejahteraan, c Pembangunan IPTEK SAP Susunan Artikel Pendidikan Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 p-ISSN 2527-967X e-ISSN 2549-2845 63 sepadan dengan nilai-nilai agama, kondisi sosial budaya, nilai luhur, dan lingkungan hidup, d Penyusunan IPTEK harus berdasar pada upaya peningkatan efektivitas penelitian, efisiensi, produktivitas dan pengembangan yang lebih tinggi, e Pembangunan IPTEK harus dapat memberikan solusi penyelesaian masalah konkret [16]. Proses penyempurnaan kurikulum atau pengembangan kurikulum menjadi otonomi sekolah. Sekolah diberi hak penuh dalam mengembangkan kurikulum, supaya kurikulum sekolah dicocokkan dengan kondisi sekolah masing-masing, yaitu menyesuaikan kondisi peserta didiknya dan potensi daerah yang ada [17]. Pendapat tersebut selaras dengan penyempurnaan yang terus dilakukan oleh pengembang kurikulum di Indonesia. Seringkali kita mendengar istilah “ganti menteri pendidikan, ganti kurikulum”, padahal pergantian kurikulum sudah menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja bagi negara di dunia dengan pendidikan yang maju. Hal itu dilakukan untuk mendorong relevansi pendidikan terhadap tantangan zaman, sehingga kurikulum yang diterapkan di lembaga pendidikan Indonesia tidak mungkin stagnan [18]. Pengembangan kurikulum bukan tentang abstraksi, akan tetapi mempersiapkan berbagai alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi dari ide-ide dan beberapa penyesuaian lain yang dinilai penting [19]. Supaya kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK maka harus memperhatikan kebutuhan masyarakat, industri, menyesuaikan dengan teknologi yang berkembang saat itu, menyesuaikan pola hidup, syarat dan tuntunan tenaga kerja, serta menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan IPTEK. Audrey Nicholls dan Howard Nicholls berpendapat bahwa pengembangan kurikulum ialah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar agar membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan mengukur sampai di mana perubahan tersebut telah terjadi dalam diri peserta didik [19]. Saat ini pemerintah dan seluruh penggerak pendidikan terus berjuang dan bekerja sama untuk mengembangkan kurikulum. Sebagaimana perkembangan saat ini, banyak inovasi pembelajaran yang diimplementasikan di berbagai sekolah, contohnya multimedia pembelajaran interaktif online, untuk media pembelajaran online baik audio, visual, maupun audio visual di antaranya 1 Radio edukasi Kemdikbud, 2 suara edukasi, 3 Jogja belajar radio, 4 Podcast English first podcast untuk belajar listening bahasa Inggris, 5 Sumber belajar Kemdikbud audio, 6 Google classroom, 7 Microsoft teams, 8 Moodle, 9 Kelas digital rumah belajar Kemdikbud, 10 Zoom, 11 Ruang guru, 12 Zenius, 13 Quipper, 14 Visual novel berbasis gamifikasi dan banyak lagi aplikasi serta media lainnya, kemudian evaluasi pembelajaran dengan menggunakan yang dapat diakses melalui smartphone, iphone, ataupun komputer. Selain itu, peranan pendidik sangat penting dalam penyampaian materi ajar yang telah disusun dalam kurikulum. Dengan demikian, pengembangan IPTEK dalam pengembangan kurikulum harus dilakukan oleh pendidik melalui pemanfaatan media belajar, sumber belajar, sistem penyampaian, pengembangan dimulai dengan unit-unit belajar yang melibatkan berbagai langkah disertai dengan uji coba diteruskan dengan unit-unit lain. SIMPULAN Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut Pertama, lembaga pendidikan, khususnya jalur SAP Susunan Artikel Pendidikan Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 p-ISSN 2527-967X e-ISSN 2549-2845 64 sekolah harus mampu menunjang dan mengantisipasi perkembangan IPTEK baik yang dihadapi saat ini maupun tantangan masa depan. Kedua, materi atau bahan ajar sepatutnya hasil perkembangan IPTEK kontemporer, baik berkaitan dengan hasil perolehan informasi, ataupun cara memperoleh informasi tersebut dan memanfaatkannya untuk masyarakat. Ketiga, pengembang kurikulum memperhatikan kebutuhan masyarakat, industri, pola hidup, lapangan kerja, serta menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan IPTEK supaya kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK. Keempat, dibutuhkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK yang akan memberi implikasi terhadap pengembangan sumber daya manusia. DAFTAR PUSTAKA [1] “Indeks Modal Manusia Indonesia Kalah Jauh dari Singapura dan Vietnam”. Jakarta, 2019. [2] M. I. Dacholfany. “Inisiasi Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam dalam Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Islami di Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi”. At-Tajdid, vol. 1, no. 1, pp. 1–13, 2017. [3] R. N. Sajidan. Peningkatan Proses Pembelajaran dan Penilaian Pembelajaran Abad 21 dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SMK. Surakarta Direktorat Pembinaan SMK, 2018. [4] Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung Alfabeta, 2010. [5] R. N. Siregar. “Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah”. Stud. Multidisipliner, vol. 4, no. 2, pp. 67–89, 2017. [6] Alhamuddin. “Sejarah Kurikulum di Indonesia”. Nur El-Islam, vol. 1, no. 2, pp. 48–58, 2014. [7] Z. Arifin. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung Remaja Rosdakarya, 2017. [8] R. Ariani. “Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pendidikan dalam Pengembangan Multimedia Interaktif Program Pasca Sarjana Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang”. J. Penelit. Pembelajaran Fis., vol. 5, no. 2, pp. 155–162, 2019. [9] N. S. Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktek. Bandung Remaja Rosdakarya, 2017. [10] Nazwirman. “Pembangunan IPTEK di Indonesia”. Cakrawala, vol. 10, no. 1, pp. 43–49, 2010. [11] Nurmadiah. “Kurikulum Pendidikan Agama Islam”. J. AL-AFKAR, vol. III, no. Kurikulum, p. 43, 2014. [12] T. Suharto. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta AR-RUZZ MEDIA, 2013. [13] D. Sukirman & A. Nugraha. Landasan Pengembangan Kurikulum. 2014. [14] M. Ibrahim. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Biologi. Tangerang Selatan Universitas Terbuka, 2012. [15] M. Putri. “Manajemen Kurikulum Program Basic Technology Education Pendidikan Teknologi Dasar di SMP AL Kautsar Bandar Lampung”. Tesis. Universitas Lampung. Bandar Lampung, 2016. [16] O. Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta Bumi Aksara, 2013. [17] S. Subarkah. “Manajemen Pengembangan Kurikulum SMP Alam Al Aqwiya Cilongok Banyumas”. Tesis. IAIN Purwokerto, 2016. [18] M. Asri. “Dinamika Kurikulum di SAP Susunan Artikel Pendidikan Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 p-ISSN 2527-967X e-ISSN 2549-2845 65 Indonesia”. Model. J. Progr. Stud. PGMI, vol. 4, no. 2, pp. 192–202, 2017. [19] O. Hamalik. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung Remaja Rosdakarya, 2010. ... Peningkatan kualitas dalam penguasaan IPTEK tergantung pada kurikulum yang digunakan di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Camelia 2020, dalam pengembangan kurikulum harus tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat yang akan menggunakannya, industri, pola hidup, dan lapangan kerja, serta menginterpretasi kebutuhan kehidupan dalam kerangka kepentingan IPTEK. Kurikulum yang digunakan Indonesia sekarang merupakan hasil penerapan dari UU No 32 tahun 2013, yaitu kurikulum 2013 atau sering disebut K13. ...Irwan SimanihurukPenelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan LKPD berbasis REACT pada materi energi dan usaha yang layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik. Jenis penelitian ini merupakan Research and Develoment R&D menggunakan model 4D oleh Thiagarajan. Subjek dalam penelitian ini adalah ahli desain, ahli materi, ahli pembelajaran, guru fisika dan peserta didik kelas X MIA 1 SMA N 8 Medan yang berjumlah 29 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari angket uji kelayakan ahli desain, ahli materi, dan ahli pembelajaran, angket penilaian guru, lembar observasi, instrumen soal pretest-posttest KPS, soal hasil belajar serta angket respon pengguna terhadap LKPD berbasis REACT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD berbasis REACT yang dikembangkan berada kategori sangat layak digunakan dalam proses pembelajaran berdasarkan hasil uji validasi ahli desain 96,43%, ahli materi 92,86%, ahli pembelajaran 96,67% dan guru fisika 91,07%. Pada uji coba LKPD diperoleh hasil observasi 86,08% dan respon peserta didik 90,64%. Berdasarkan perhitungan N-gain, LKPD berbasis REACT termasuk dalam kategori sedang untuk meningkatkan KPS peserta didik dengan nilai 0,68. Hasil ketuntasan belajar peserta didik sebesar 86,21% dan rata-rata hasil belajar 84,60. Dengan demikian disimpulkan bahwa LKPD berbasis REACT layak, praktis, dan efektif digunakan untuk meningkatkan KPS dan hasil belajar peserta didik.... Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan dengan sangat cepat seiring dengan peningkatan sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi khususnya dibidang pendidikan sangat luar biasa. Salah satu bagian dari teknologi yang sudah dimanafaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah multimedia Camelia, 2020. Dalam bidang pendidikan teknologi sangat mendukung perubahan dari pembelajaran konvesional menuju pembelajaran berbasis teknologi Sujono, 2017. ...Ria Nofia Fadriati FadriatiNurlaila NurlailaAnnisaul KhairatThe lesson material in Class VIII Fiqh subject at MTsN 5 Tanah Datar does not vary and is less attractive to students so based on a needs analysis an integrative-based e-module is needed using Flip Pdf Corporation. This study aims to determine the results of the validity and results of the practice of integrative-based e-modules on the subject matter of halal and haram food and beverages in Islamic Jurisprudence subjects at MTsN 5 Tanah Datar. The research method used is research and development research and development of the 4D model through four stages of define, design, develop and disseminate. The research that the researchers did was only the 3 D stage, namely define, design, develop. The test subjects in this study were 26 class VIII students. The instruments for collecting data in this study were validity sheets and practicality sheets. Quantitative data analysis techniques in this study used Aiken V with a minimum validity and practicality score of 71. Qualitative data analysis techniques used quantitative descriptive data analysis techniques. The results of this study indicate that the results of validating the development of an integrative Jurisprudence module on halal and haram food materials using the Flip Pdf Corporation application for Madrasah Tsanawiyah is 83% with a very valid category. While the practicality result is 88% in the very practical and usable category.... Education is a human need to improve quality and human resources Ningrum, 2016. Education always undergoes changes, developments, and improvements in accordance with the development of science Camelia, 2020. Developments in the field of education include various components involved, be it the implementation of education in the field teacher competence and quality of educators, the quality of educators, curriculum tools, and facilities and infrastructure. ...Muhammad Rafsan WiratamaMuhammad Irvan Fadillah RamadhanPrayoga BestariDede IswandiThis research is motivated by the negative impact of the rapid development of globalization which is the main cause of the decline in the sense of nationalism. The decline in the spirit and attitude of nationalism among the youth is currently getting higher. Youth who should have a sense of love and pride for their country, in fact, have an indifferent attitude that results in their laziness to participate in the flag ceremony, undisciplined, preferring foreign products, and ashamed to wear their own nation's cultural attributes such as the use of batik. This opinion caused various problems among students, namely during the flag ceremony there were still many students who were not disciplined, some did not participate in the flag ceremony at all, did not memorize the Indonesian national anthem, did not memorize Pancasila, did not follow the rules and regulations, and do not respect each other. This research uses a qualitative approach and case study research methods. Data collection techniques carried out in this study were interviews, observations, and documentation studies as well as data analysis techniques by means of data reduction, data presentation, conclusion drawing, and verification as well as data validity. The results of this study indicate that a The Rengasdengklok historical site is relevant to be used as a learning resource for Civics because it is full of struggle values that can be used to increase the students' spirit of nationalism. b The role of teachers in schools is quite good by coordinating with schools and accommodating students well. c The results from the use of historical sites have quite an impact as shown by changes in students' attitudes towards a better direction. d while in the process of utilization, there are obstacles and ways to overcome them. External and internal constraints can be resolved by coordination between all elements such as the principal, vice principal of the curriculum section, PPKn teachers, and students.... Science and technology result from human ideas and are objective so that it is readily accepted and reached by the community. A nation will experience a setback because the people in it cannot utilize natural resources in terms of science and technology [2]. The innovations made to the science of agricultural production and the application of advanced technology have a significant impact on agricultural output. ...R A MaulanaE AntriyandartiThe establishment of agricultural institutions is necessary to pay more attention to the future of agriculture. Agricultural Extension Board is one of the institutions created by the government to help disseminate agricultural information, knowledge, and technology to farmers. The research was conducted in the karst area of Girisubo sub-district, Gunungkidul district, which is a dry area with various limitations in natural resources for agricultural activities. This study aims to determine the role and strategy of the Agricultural Extension Board in transferring knowledge and technology to farmers so that innovation has a significant impact on agricultural yields. This study uses a descriptive method through observation, interview, field practice, and exploratory approach. The results showed that the transfer of knowledge and technology activities was carried out in several stages prepared in advance within three months using a communication strategy with educative techniques. The transfer of knowledge and technology schedule is contained in the LAKU SUSI Latihan Kunjungan dan Supervisi /Visiting and Supervision Training program in the fostered villages in the karst area.... Koresponden author Muhammad Arvin Wicaksono Email 3020210011 artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY SA 2022 Pendahuluan Dengan Pesatnya Kemajuan dan Perkembangan IPTEK dinilai dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan dan kegiatan pada masyarakat Camelia, 2020. Munculnya Internet mengakibatkan hal demikian dapat terjadi karena Internetlah yang dapat dikatakan sebagai penjelajahan dunia secara digital dan masyarakat pun terhadap perilaku-perilaku baru tentu akan beradaptasi, misalnya seperti berkaitan dengan informasi yang transparan dan berbagai aspek yang dipermudah akibat adanya internet. ...Wibisono OedoyoHerangga HeranggaPriscillia Putri Hermin Purnomo Muhammad Arvin WicaksonoAdjustment of relations between parties and places of communication is not only pegged to space and time, this happens because of the sophisticated technology and ease of communication that has developed rapidly as a result of the big changes in the Industrial Revolution Era The activity of resolving business dispute problems during this pandemic is greatly helped by the existence of electronic arbitration whose implementation process can be carried out using various existing arbitration institutions. Writing this journal aims to explain and urge the public that resolving business disputes can use arbitration institutions and be accompanied by legal force. Using normative and empirical legal research methods is the right solution in compiling this research, and taking a legislative and comparative law approach is expected to complete this research. As long as the provisions of Law no. 30 of 1999 concerning Arbitration and Alternative Dispute Resolution UUAAPS goes hand in hand, so the electronic arbitration arrangements and procedures remain in effect. The need for Law Number 19 of 2016 concerning Amendments to Law Number 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions as the legal basis for supporting the provisions of Article 4 paragraph 3 of the AAPS Law is to strengthen the regulations in Article 4 paragraph 3 of the AAPS Law. So it can be concluded that carrying out Electronic Arbitration in Indonesia during the COVID-19 pandemic is very helpful for business actors to be able to resolve their disputes because the convenience of these electronic devices makes business actors more efficient in running their PamujiKholid MawardiMerdeka curriculum provides an opportunity for every teacher to express their creativity and ideas in curriculum development efforts, including Islamic Religious Education PAI teachers at the elementary school level. One of them is an adequate response to the existence of multiculturalism in social life which is sunatullah. This study aimed to discover the implementation pattern of multiculturalism-based Islamic Religious Education PAI curriculum development in the Merdeka curriculum and its relationship with the teacher's role as a curriculum developer, especially at the elementary school level. This research is based on a literature study using a descriptive-qualitative method aimed at collecting data through documentation techniques, both in printed and electronic form. The data analysis was carried out in three stages editing, organizing, finding, and conducting further analysis. The results of the study show that a multicultural-based curriculum development pattern can be carried out in the Islamic Religious Education teaching module in the Merdeka curriculum, especially in the sections learning objectives, Pancasila student profiles, apperception, and triggering questions, learning methods and activities, assessment instruments, reflection, and enrichment techniques. Multicultural values that can be included as content in curriculum development include tolerance, equality, justice, and democracy freedom. The development is carried out by incorporating the value of multiculturalism, which includes equality, justice, democracy freedom, and SupriadiDedy Heri WibowoChairul Anam AfganiPerkembangan dari kurikulum senantiasa mengacu pada suatu pemikiran yang menjadi dasar pertimbangan tertentu yang perlu dipedomani oleh satuan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan strategis, mengevaluasi implementasi kurikulum operasional dan merumuskan inovasi terhadap pengembangan penyusunan kurikulum Berbasis kemaritiman di Sekolah Menengah Kejuruan, ditinjau dari aspek karakteristik satuan pendidikan, visi misi dan tujuan, pengorganisasian Pembelajaran, perencanaan pembelajaran serta evaluasi dan pendampingan. Penelitian dilaksanakan dengan desain penelitian kuantitatif. Tempat penelitian di SMK Negeri 1 Alas kabupaten pengumpulan data menggunakan angket. Data yang sifatnya kuantitatif, dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan data yang bersifat kualitatif akan diinterpretasikan secara kualitatif untuk mengungkap makna yang tersirat di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85% proses implementasi kurikulum telah sesuai dengan aspek komponen pengembangan kurikulum. Berbagai masalah yang ditemukan antara lain pendampingan kurikulum yang masih terbatas, peran stakeholder yang belum optimal, kualitas dan kompetensi SDM dalam pendampingan kurikulum yang masih kurang. Agar implementasi kurikulum operasional satuan pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan dukungan semua stakeholder, penguatan indikator kemaritiman sebagai muatan utama, dan pendampingan pengembangan kurikulum menggunakan pola cluster satuan Nauli SiregarBasic Islamic education curriculum is the Qur'an and Hadith, but not explained in detail. In the Qur'an and Hadith The term curriculum is more directed at the points of material that will be taught to students. PAI curriculum orientation refers to the development of values, community needs, talents and interests of students, opportunities for workers, and adjustments to the development of science and technology. In planning the curriculum, the main ones are the goals to be achieved according to various parties, curriculum content to support the achievement of goals, strategies in developing the curriculum, and evaluation as a tool to measure learning completeness and achievement of NurmadiahKurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan disuatu bangsa atau negara ditentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa atau negara tersebut. Berbedanya falsafah dan pandangan hidup suatu bangsa atau negara menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan tersebut dan sekaligus akan berpengaruh pula terhadap negara tersebut. Begitu pula perubahan politik pemerintahan suatu negara mempengaruhi pula bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya perubahan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi. Kurikulum PAI memiliki kedudukan sangat penting untuk membentuk kepribadian seseorang. Dalam kenyataannya, guru PAI sebagai pelaksana kurikulum masih belum memahami hakikat kurikulum. Masih banyak pendidik PAI yang menyusun silabus dan RPP sebagai bagian dari kurikulum hanya untuk administrasi. Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pengajaran dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh tujuan yang realistis, dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. Komponen kurikulum dalam pendidikan sangat berarti karena merupakan operasionalisasi tujuan yang dicita-citakan, bahwa tujuan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan kurikulum Modal Manusia Indonesia Kalah Jauh dari Singapura dan "Indeks Modal Manusia Indonesia Kalah Jauh dari Singapura dan Vietnam". Jakarta, Proses Pembelajaran dan Penilaian Pembelajaran Abad 21 dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SMKR N SajidanR. N. Sajidan. Peningkatan Proses Pembelajaran dan Penilaian Pembelajaran Abad 21 dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SMK. Surakarta Direktorat Pembinaan SMK, Kurikulum di IndonesiaM AsriM. Asri. "Dinamika Kurikulum di Indonesia". Model. J. Progr. Stud. PGMI, vol. 4, no. 2, pp. 192-202, Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pendidikan dalam Pengembangan Multimedia Interaktif Program Pasca Sarjana Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri PadangR ArianiR. Ariani. "Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pendidikan dalam Pengembangan Multimedia Interaktif Program Pasca Sarjana Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang". J. Penelit. Pembelajaran Fis., vol. 5, no. 2, pp. 155-162, Kurikulum. Teori dan Praktek. Bandung Remaja RosdakaryaN S SukmadinataN. S. Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktek. Bandung Remaja Rosdakarya, IPTEK di IndonesiaNazwirmanNazwirman. "Pembangunan IPTEK di Indonesia". Cakrawala, vol. 10, no. 1, pp. 43-49, SuhartoT. Suharto. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta AR-RUZZ MEDIA, 2013.
Fungsimata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai sarana pengembangan penalaran. Pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan. Konsep dan istilah baru dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mungkin sudah maju. Banyak sekali inovasi atau penemuan-penemuan yang di lakukan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sudah merambah ke segala aspek mulai tentang ilmu bumi, angkasa dan lain-lain. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, itu menandakan bahwa tingkat keingintahuan manusia juga meningkat. Bermula dari rasa ingin tahu, maka timbullah rasa ingin mengetahui serta menyelidikinya lebih mendalam. Sejauh ini ada 3 ilmu yang berkembang pesat di dunia ini yaitu, ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu terapan. Semakin berkembang ilmu pengetahuan, maka semakin banyak generasi-generasi penerus yang mempunyai kualitas tinggi. Pada dewasa ini ilmu pengetahuan bisa kita dapatkan dimana saja. Disekolah,dirumah,dijalan, dimanapun. Dan kita juga sekarang sudah bisa mendapatkannya dari manapun seperti buku, internet, guru, orang tua, bahkan teman. Tidak seperti dulu yang notabennya agak sulit dalam mencari ilmu pengetahuan. Mungkin fasilitas yang ada sangat terbatas. Seperti hanya ada guru, dan buku. Buku.. begitu mudah kita sekarang untuk mendapatkannya. Dimanapun ada. Jenis apapun. Buku adalah salah satu sumber utama dari ilmu pengetahuan. Dengan membaca buku kita bisa mengetahui segala hal. Seperti orang bijak berkata “bacalah buku, maka dunia akan berada dalam genggamanmu.” See begitu mudahnya kita untuk menguasai dunia. Hanya dengan membaca buku. Dibandingkan dengan zaman dahulu hanya segelintir orang yang bisa membaca buku. Maka tunggu apalagi.. bacalah buku kawan. Selagi kita masih mempunyai waktu serta selagi buku masih ada di dunia ini. Membaca buku itu tidak membosankan saya rasa. Mulailah dari tema yang anda sukai, seperti komik, novel, atau majalah. Lalu biasakanlah. Maka anda akan merasa enjoy saat membaca. Banyak hal yang bisa kita dapat dalam membaca buku, buku apapun itu. Pengalaman, ilmu pengetahuan, informasi serta hiburan. So guys, lets take a book and read it ! cintailah buku dan membaca. happy reading all 🙂 See you again in my next article guys. Tchus 😀 source adita yulia estri
PengembanganIlmu Pengetahuan dalam konteks diplomasi Salah satu implementasi pengembangan ilmu pengetahuan adalah dalam konsep diplomasi. Jika dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka metode dan isu dalam diplomasi mengalami pergeseran makna yang disesuaikan dengan persoalan-persoalan social.
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu mater scientiarum. Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas. Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah Siswomihardjo, 2003. Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami Bakhtiar, 2005. dari Mahasiswadapat mengetahui tentang peranan antara filsafat Ilmu dalam ilmu pengetahuan. Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani "philosophia" yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang berkuasa setelah jatuhnya pemerintahan Dinasti Umayyah. Didirikan oleh khalifah Abdullah As-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih akrab dengan nama Abbul Abbas As - Saffah. Dinasti Abbasiyah berkuasa selama 5 abad lamanya 750 1258 M.Masa pemerintahan ini disebut sebagai "Golden Age" atau zaman keemasan Islam. Hal itu karena perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kebijakan-kebijakan dalam memajukan ilmu pengetahuan sangatlah baik dan pastinya sangat berguna bagi peradaban Islam. Berikut beberapa ilmu pengetahuan yang dikembangkan pada zaman Dinasti Abbasiyah 1. Ilmu KedokteranSebenarnya ilmu kedokteran sudah muncul dari zaman nabi. Tetapi ilmu kedokteran baru berkembang pada zaman dinasti Abbasiyah. Ilmu ini bisa berkembang karena adanya pengaruh dari Iskandariyah dan Judhisafur. Judhisafur adalah perguruan Persia yang berdiri di bidang kedokteran. Di dalamnya terdapat dokter-dokter asing yang berasal dari India, Yunani, dan Persia. Di sisi lain, Iskandariyah merupakan pusat berkumpulnya para dokter Yunani. Berkembangnya ilmu kedokteran dimulai ketika khalifah Al Mansur meminta bantuan dari dokter-dokter tersebut. Faktor lain yang menyebabkan majunya ilmu kedokteran adalah adanya penerjemahan buku kedokteran berbahasa Persia, Yunani, dan India. Tokoh penerjemah handal yang menerjemahkan buku Persia ke dalam bahasa arab adalah Al-Muqaffa. Adapula tokoh penerjemah yang paling dikenal oleh masyarakat, beliau adalah Hunain bin Ishaq. Hal itu juga membuat munculnya tokoh kedokteran Islam, contohnya seperti Ibnu Sina, Ar-Razi, dan Ali bin Rabba al-Thabari. Jasa mereka pun juga besar termasuk Ar-Razi yang berhasil menyembuhkan penyakit campak dan karya ilmiah kedokteran yang dibuat Ibnu Sina, yakni buku yang berjudul "Al-Qanun fi al-Thibbi".2. Ilmu MatematikaIlmu ini dikembangkan pada masa khalifah kedua, Al Mansur. Faktor yang membuat ilmu ini berkembang karena menyiapkan pembangunan kota Banghdad yang membutuhan perhitungan matematika. Salah satu warisan yang ditinggalkan dalam matematika adalah penggunaan angka 0 atau biasa disebut akan hancur dan tidak berjalan dengan lancar jika tidak didasari dengan matematikawan yang dikenali banyak masyarakat di zaman ini ialah Muhammad bin Musa al Khawarizmi. Beliau adalah ilmuwan yang menemukan hitungan aljabar secara sistematis serta angka-angka dalam Ilmu AstronomiSelain matematika dan kedokteran, ilmu astronomi juga ilmu yang berkembang bahkan sampai zaman sekarang. Ilmu astronomi dibutuhkan pada masa Abbasiyah untuk menentukan waktu shalat, waktu fajar, waktu duha, mencari arah kiblat, dan untuk melihat datangnya bulan di bulan Ramadhan. Peran penerjemah juga ada di dalam ilmu astronomi, seperti yang terjadi pada masa khalifah Al-Mansur. Beliau memerintahkan Abu Yahya al Batriq untuk menerjemahkan buku yang berisi tentang ilmu astronomi. Buku tersebut berjudul " Quadripartitumnya Ptolemeus" ke dalam bahasa Arab. Buku tersebut menceritakan tentang masalah bintang-bintang, geometri dan beberapa tokoh astronomi Islam yg terkenal, diantaranya adalah a. Yahya bin Mansur 1 2 3 4 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya HubunganFilsafat dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya Di Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0) Habibah, S. (2017). Implikasi Filsafat Ilmu terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. DAR EL-ILMI: Jurnal Studi Keagamaan (2011). Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya Dalam Mengatasi Persoalan Sejarah Perkembangan Ilmu PengetahuanAbstract. This article focuses on the history of development of science. It firstly discusses the relation between human being and their efforts to know environment around them and to solve their daily problems by trial and error method. The next generation develops their inventions by examining, researching, and inventing the new one. It secondly proves that knowledge and sciences are across culture and civilization by explanations of development of sciences from ancient era like Egypt and Greek to medieval era like Islam and Medieval Europe and their last transformation to Modern Europe and contemporary Western history, knowledge, science, ancient civilizations, medieval era of Islam, modern Europe, contemporary Western civilizationPendahuluan “Sejarah tertulis berisi rekaman yang sangat sporadis dan tidak lengkap”, demikian Gordon Childe menulis, “tentang apa yang telah manusia lakukan di pelbagai belahan dunia selama lima ribu tahun terakhir”.[1]Idealnya sejarah adalah rekaman tentang semua rentetan peristiwa yang telah terjadi, yang berfungsi sebagai pengungkap segala sesuatu sesuai dengan fakta yang ada tanpa distorsi sedikitpun, tetapi pada kenyataannya ia hanya mengungkap sebagian rentetan peristiwa tersebut dan tidak bisa lepas sepenuhnya dari rekayasa yang biasanya dilakukan oleh penguasa politik. Meskipun fenomena semacam ini pernah terjadi, tetapi hal ini tidak bisa dianggap sebagai persoalan remeh bahkan harus diluruskan, karena menyangkut dan memengaruhi kehidupan generasi selanjutnya sebagai aktor sejarah berikutnya. Apalagi sejarah yang dimaksud adalah sejarah tentang ilmu pengetahuan yang merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh serta tanggung jawab moral dan akademik dalam pemaparan sejarah. Sebelum memaparkan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, penulis harus mengungkap sekilas tentang perbedaan antara pengetahuan dan ilmu agar tidak terjebak pada kesalahpahaman mengenai keduanya, sehingga pembaca bisa memahami dengan mudah dan benar apa yang dimaksud dengan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dalam makalah ini. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu.[2]Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan. Uraian singkat di atas menggiring kita pada kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan di sini adalah ilmu bukan pengetahuan. Ilmu beraneka-ragam. Maskoeri Jasin membagi ilmu pengetahuan ke tiga kategori besar. Pertama, Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi psikologi, pendidikan, antropologi, etnologi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Kedua, Ilmu Pengetahuan Alam yang meliputi fisika, kimia, dan biologi botani, zoologi, morfologi, anatomi, fisiologi, sitologi, histologi, dan palaentologi. Ketiga, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa yang meliputi geologi petrologi, vulkanologi, dan mineralogi, astronomi, dan geografi fisiografi dan geografi biologi.[3]Karena luasnya cakupan ilmu, penulis hanya fokus pada sejarah perkembangan sebagian ilmu dari masa ke masa yang terekam oleh literatur-literatur sejarah yang ada dan menyebutkan sebagian tokoh di balik penemuan teori ilmu dan pengembangannya. Ilmu Pengetahuan Zaman Purba Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodeisasi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menjadi empat periode pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer.[4]Periodeisasi ini mengandung tiga kemungkinan. Pertama, menafikan adanya pengetahuan yang tersistem sebelum zaman Yunani kuno. Kedua, tidak adanya data historis tentang adanya ilmu sebelum zaman Yunani kuno yang sampai pada kita. Ketiga, Bakhtiar sengaja tidak mengungkapnya dalam bukunya. Jika kemungkinan pertama yang terjadi, maka informasi dari teks-teks agama tentang nama-nama yang Adam ketahui, misalnya, tidak termasuk ilmu tetapi hanya pengetahuan belaka. Jika kemungkinan kedua yang benar, maka bukan berarti pengetahuan yang tersistem hanya ditemukan dan dimulai pada zaman Yunani kuno, tetapi ia sudah ada sebelumnya hanya saja informasinya tidak sampai pada kita. Jika kemungkinan ketiga yang berlaku, maka penulis perlu mengungkapnya meski hanya sekilas karena keterbatasan referensi yang ada pada George J. Mouly, permulaan ilmu dapat disusur sampai pada permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia.[5]Masa manusia purba dikenal juga dengan masa pra-sejarah. Menurut Soetriono dan SDRm Rita Hanafie, masa sejarah dimulai kurang lebih sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini pengetahuan manusia berkembang lebih maju. Mereka telah mengenal membaca, menulis, dan berhitung. Kebudayaan mereka pun mulai berkembang di berbagai tempat tertentu, yaitu Mesir di Afrika, Sumeria, Babilonia, Niniveh, dan Tiongkok di Asia, Maya dan Inca di Amerika Tengah. Mereka sudah bisa menghitung dan mengenal angka.[6]Meski agak berbeda dengan pendapat tersebut, Muhammad Husain Haekal 1888-1956 berpendapat lebih spesifik bahwa sumber peradaban sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu berarti sekitar 4000 SM adalah Mesir. Zaman sebelum itu dimasukkan orang ke dalam kategori pra-sejarah. Oleh karena itu, sukar sekali akan sampai kepada suatu penemuan yang ilmiah.[7] Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai permulaan zaman pra-sejarah dan zaman sejarah, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu lahir seiring dengan adanya manusia di muka bumi hanya saja penamaan ilmu-ilmu itu biasanya muncul belakangan. Penekanan terhadap kegunaan dan aplikasi cenderung lebih diutamakan daripada penamaannya. Teori ini berlaku secara umum terhadap beberapa – untuk tidak dikatakan semua– disiplin ilmu dari generasi ke generasi. Berbekal otak, pengalaman, dan pengamatan terhadap gejala-gejala alam, manusia purba sudah barang tentu memiliki seperangkat pengetahuan yang dapat membantu mereka mengarungi kehidupan. Seperangkat pengetahuan tersebut semakin lama akan semakin tersusun rapi karena inilah karakteristik dasar ilmu. Jika kita menafikan adanya ilmu tertentu yang mereka miliki, maka kita akan sulit menjawab pertanyaan mungkinkah mereka bisa bertahan hidup bertahun-tahun tanpa bekal apapun?Selanjutnya Mouly menyebutkan bukti-bukti secara berurutan terhadap pernyataannya sebagai berikut Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir, di mana banjir sungai Nil yang terjadi tiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri, dan kegiatan survei. Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh bangsa Babilonia dan Hindu yang memberikan sumbangan-sumbangan yang berharga meskipun tidak seinsentif kegiatan bangsa Mesir. Setelah itu muncul bangsa Yunani yang menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu di mana mereka bukan saja menyumbang perkembangan ilmu dengan astronomi, kedokteran, dan sistem klasifikasi Aristoteles, namun juga silogisme yang menjadi dasar bagi penjabaran secara deduktif pengalaman-pengalaman manusia.[8]Peradaban Mesir kuno, misalnya, mewariskan peninggalan-peninggalan bermutu tinggi seperti piramida, kuil, dan sistem penatanan kota. Peninggalan-peninggalan ini tidak mungkin ada tanpa adanya ilmu yang mereka miliki. Proses pembangunan piramida yang menjulang tinggi dan tersusun dari batu-batu besar pilihan tak bisa lepas dari matematika dan arsitektur. Begitu pula dengan proses pembangunan kuil megah mereka. Sementara itu, sistem penataan kota membutuhkan arsitektur dan administrasi pemerintahan. Dengan kata lain, peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut menunjukkan adanya ilmu-ilmu tertentu yang mereka miliki sehingga mereka bisa mewujudkan impian mereka menjadi kenyataan. Menurut Haekal, Mesir adalah pusat yang paling menonjol membawa peradaban pertama ke Yunani atau Rumawi.[9] Sementara itu, menurut Betrand Russell, pada masa Babilonia lahir beberapa hal yang tergolong ilmu pengetahuan pembagian hari menjadi dua puluh empat jam, lingkaran menjadi 360 derajat, penemuan siklus gerhana yang memungkinkan terjadinya gerhana bulan bisa diramal dengan tepat dan gerhana matahari dengan beberapa perkiraan. Pengetahuan bangsa Babilonia ini sampai ke tangan Thales[10], filosof Yunani. Ilmu Pengetahuan Zaman Yunani Kuno Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Sehingga wajar saja bila generasi-generasi setelahnya merasa berhutang budi padanya, termasuk juga umat Islam pada abad pertengahan masehi bahkan hingga sekarang. Tanpa mengkaji dan mengembangkan warisan filsafat Yunani rasanya sulit bagi umat Islam kala itu merengkuh zaman keemasannya. Begitu juga orang Barat tanpa mengkaji pengembangan filsafat Yunani yang dikembangkan oleh umat Islam rasanya sulit bagi mereka membangun kembali peradaban mereka yang pernah mengalami masa-masa kegelapan menjadi sangat maju dan mengungguli peradaban-peradaban besar lainnya seperti sekarang filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.[11] Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah Thales 624-546 SM, setelah itu Anaximandros 610-540 SM, Heraklitos 540-480 SM, Parmenides 515-440 SM, dan Phytagoras 580-500. Thales, yang dijuluki bapak filsafat, berpendapat bahwa asal alam adalah air. Menurut Anaximandros substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya yang dinamakan apeiron, bukan air atau tanah. Heraklitos melihat alam semesta selalu dalam keadaan berubah. Baginya yang mendasar dalam alam semesta adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api. Bertolak belakang dengan Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Phytagoras berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Jasa Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat bergantung pada pendekatan matematika.[12]Jadi setiap filosof mempunyai pandangan berbeda mengenai seluk beluk alam semesta. Perbedaan pandangan bukan selalu berarti negatif, tetapi justeru merupakan kekayaan khazanah keilmuan. Terbukti sebagian pandangan mereka mengilhami generasi mereka kemudian muncul beberapa filosof Sofis sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan mereka terhadap jawaban dari para filosof alam dan mengalihkan penelitian mereka dari alam ke manusia. Bagi mereka, manusia adalah ukuran kebenaran sebagaimana diungkapkan oleh Protagoras 481-411 SM, tokoh utama mereka. Pandangan ini merupakan cikal bakal humanisme. Menurutnya, kebenaran bersifat subyektif dan relatif. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama. Bahkan dia tidak menganggap teori matematika mempunyai kebenaran absolut. Selain Protagoras ada Gorgias 483-375 SM. Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah sumber ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita tentang alam semesta karena akal kita telah diperdaya oleh dilema subyektifitas. Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika.[13]Pandangan para filosof Sofis tersebut disanggah oleh para filosof setelahnya seperti Socrates 470-399 SM, Plato 429-347 SM, dan Aristoteles 384-322 SM. Menurut mereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran obyektif itu dengan menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Menurutnya, kebenaran universal dapat ditemukan. Bagi Plato, esensi mempunyai realitas yang ada di alam idea. Kebenaran umum ada bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam idea. Filsafat Yunani klasik mengalami puncaknya di tangan Aristoteles. Dia adalah filosof yang pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoritis logika, metafisika, dan fisika dan praktis etika, ekonomi, dan politik. Pembagian ilmu inilah yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu di kemudian hari. Dia dianggap sebagai bapak ilmu karena mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis.[14]Karena demikian meresapnya serta lamanya pengaruh ajaran-ajaran Plato dan Aristoteles, Whitehead memberikan catatan bahwa segenap filsafat sesudah masa hidup keduanya sesungguhnya merupakan usulan-usulan belaka terhadap ajaran-ajaran mereka.[15]Pendapat Whitehead tidak seluruhnya benar karena umat Islam, misalnya, selain mengembangkan filsafat mereka, mereka juga melakukan inovasi di beberapa persoalan filsafat Yunani sehingga memiliki karakteristik Pengetahuan Zaman Islam KlasikIlmu-ilmu keislaman seperti tafsir, hadis, fiqih, usul fiqih,[16]dan teologi sudah berkembang sejak masa-masa awal Islam hingga sekarang. Khusus dalam bidang teologi, Muktazilah dianggap sebagai pembawa pemikiran-pemikiran rasional. Menurut Harun Nasution, pemikiran rasional berkembang pada zaman Islam klasik 650-1250 M. Pemikiran ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria Mesir, Jundisyapur Irak, Antakia Syiria, dan Bactra Persia.[17] W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian –pada sekitar tahun 900 M– ke Baghdad. Kolese Kristen Nestorian di Jundisyapur, pusat belajar yang paling penting, melahirkan dokter-dokter istana HārÅn al-RashÄd dan penggantinya sepanjang sekitar seratus tahun. Akibat kontak semacam ini, para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari apa yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting dapat diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan. Penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan al-Ma’mÅn 813-833 M. Dia mendirikan Bayt al-垀ikmah, sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya, terdapat banjir penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.[18] Buku-buku matematika dan astronomi adalah buku-buku yang pertama kali diterjemahkan. Al-KhawārizmÄ Algorismus atau Alghoarismus merupakan tokoh penting dalam bidang matematika dan astronomi. Istilah teknis algorisme diambil dari namanya. Dia memberi landasan untuk aljabar. Istilah “algebra” diambil dari judul karyanya. Karya-karyanya adalah rintisan pertama dalam bidang aritmatika yang menggunakan cara penulisan desimal seperti yang ada dewasa ini, yakni angka-angka Arab. Al-KhawārizmÄ dan para penerusnya menghasilkan metode-metode untuk menjalankan operasi-operasi matematika yang secara aritmatis mengandung berbagai kerumitan, misalnya mendapatkan akar kuadrat dari satu angka. Di antara ahli matematika yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin adalah al-NayrÄzÄ atau Anaritius w. 922 M dan Ibn al-Haytham atau Alhazen w. 1039 M. Ibn al-Haytham menentang teori Eucleides dan Ptolemeus yang menyatakan bahwa sinar visual memancar dari mata ke obyeknya, dan mempertahankan pandangan kebalikannya bahwa cahayalah yang memancar dari obyek ke mata.[19]Di bidang astronomi, al-BattānÄ Albategnius menghasilkan table-tabel astronomi yang luar biasa akuratnya pada sekitar tahun 900 M. Ketepatan observasi-observasinya tentang gerhana telah digunakan untuk tujuan-tujuan perbandingan sampai tahun 1749 M. Selain al-BattānÄ, ada Jābir ibn Afla垄 Geber dan al-BiĂĄÂč­rÅjÄ Alpetragius. Jābir ibn Afla垄 dikenal karena karyanya di bidang trigonometri sperik. Di bidang astronomi dan matematika, ada juga Maslamah al-MajrÄáÂč­Ä w. 1007 M, Ibn al-Sam垄, dan Ibn al-ĂĄÂčÂąaffār. Ibn AbÄ al-Rijāl Abenragel di bidang astrologi.[20] Dalam bidang kedokteran ada AbÅ Bakar Mu垄ammad ibn Zakariyyā al-RāzÄ atau Rhazes 250-313 H/864-925 M atau 320 H/932 M[21], Ibn SÄnā atau Avicenna w. 1037 M, Ibn Rushd atau Averroes 1126-1198 M, AbÅ al-Qāsim al-ZahrāwÄ Abulcasis, dan Ibn ĂĄÂș’uhr atau Avenzoar w. 1161 M. Al-垀āwÄ karya al-RāzÄ merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Untuk setiap penyakit dia menyertakan pandangan-pandangan dari para pengarang Yunani, Syiria, India, Persia, dan Arab, dan kemudian menambah catatan hasil observasi klinisnya sendiri dan menyatakan pendapat finalnya. Buku Canon of Medicine karya Ibnu SÄnā sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 M dan terus mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa setidak-setidaknya sampai akhir abad ke-16 M dan seterusnya. Tulisan AbÅ al-Qāsim al-ZahrāwÄ tentang pembedahan operasi dan alat-alatnya merupakan sumbangan yang berharga dalam bidang kedokteran.[22]Dalam bidang kimia ada Jābir ibn 垀ayyān Geber dan al-BÄrÅnÄ 362-442 H/973-1050 M. Sebagian karya Jābir ibn 垀ayyān memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-BÄrÅnÄ mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi.[23] Dalam bidang botani, zoologi, mineralogi, karya orang Arab mencakup gambaran dan daftar berbagai macam tanaman, binatang, dan batuan. Beberapa di antaranya memiliki kegunaan praktis, yakni ketika karya tersebut dihubungkan dengan bidang farmakologi dan perawatan medis.[24]Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan filsafat. Sebut saja al-KindÄ, al-FārābÄ w. 950 M, Ibn SÄnā atau Avicenna w. 1037 M, al-GhazālÄ w. 1111 M, Ibn Bājah atau Avempace w. 1138 M, Ibn ĂĄÂčÂŹufayl atau Abubacer w. 1185 M, dan Ibn Rushd atau Averroes w. 1198 M.[25]Menurut Felix Klein-Franke, al-KindÄ berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-FārābÄ. Al-KindÄ sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering dia tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang menolak pengetahuan asing.[26]Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional, yang menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di Universitas Paris.[27]Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan atau Pengetahuan Zaman Renaisans dan Modern Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara abad pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Bisa dikatakan abad pertengahan berakhir tatkala datangnya zaman renaisans. Sebagian orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans. Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat humanisme.[28] Tokoh penemu di bidang sains pada masa renaisans abad 15-16 M Nicolaus Copernicus 1473-1543 M, Johanes Kepler 1571-1630 M, Galileo Galilei 1564-1643 M,[29]dan Francis Bacon 1561-1626 M. Copernicus menemukan teori heliosentrisme, yaitu matahari adalah pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana teori geosentrisme yang dikemukakan oleh Ptolomeus 127-151. Menurutnya, bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teori ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi.[30]Kepler adalah ahli astronomi Jerman yang terpengaruh ajaran Copernicus. Dialah yang menemukan bahwa orbit planet berbentuk elips; bahwa planet bergerak cepat bila berada di dekat matahari dan lambat bila jauh darinya. Galileo adalah ahli astronomi Italia yang melakukan pengamatan teleskopik dan mengukuhkan gagasan Copernicus bahwa tata surya berpusat pada matahari. Inkuisi takut akan penemuannya dan memaksanya meninggalkan studi astronominya. Dia juga berjasa dalam menetapkan hukum lintasan peluru, gerak, dan percepatan.[31]Dialah penemu planet Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah bulan.[32] Selanjutnya tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern abad 17-19 M Sir Isaac Newton 1643-1727 M, Leibniz 1646-1716 M, Joseph Black 1728-1799 M, Joseph Prestley 1733-1804 M, Antonie Laurent Lavoiser 1743-1794 M, dan Thompson. Newton adalah penemu teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika yang mendasari ilmu alam. Pada masa Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi kajian yang amat menarik. Black adalah pelopor dalam pemeriksaan kualitatif dan penemu gas CO2. Prestley menemukan sembilan macam hawa No dan oksigen yang antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Lavoiser adalah peletak dasar ilmu kimia sebagaimana kita kenal sekarang. Thompson menemukan elektron. Dengan penemuannya ini, maka runtuhlah anggapan bahwa atom adalah bahan terkecil dan mulailah ilmu baru dalam kerangka kimia-fisika yaitu fisika nuklir. Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika, geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi.[33]Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu zaman Pengetahuan Zaman Kontemporer Perbedaan antara zaman modern dengan zaman kontemporer yaitu zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi hingga sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi, dan komunikasi. Zaman kontemporer identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang.[34] Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial, eksakta, dan filsafat yang ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-inovasi teknologi semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati sekarang ini. Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan dari generasi ke generasi. Komputer merupakan hasil pengembangan dari perkembangan listrik elektronika yang pada awal penemuannya oleh Faraday belum diketahui kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh penemuan radio, televisi, dan komputer.[35]Dari komputer berkembang ke PC private computer, lap top, dan terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA personal digital assistans.[36]Semua contoh ini merupakan bukti bahwa penemuan teknologi sebagai buah perkembangan ilmu masih berkaitan dengan penemuan-penemuan sebelumnya yang kemudian dikembangkan dengan ukuran fisik yang semakin kecil, tetapi memiliki beragam keunggulan yang lebih besar. Salah satu hasil teknologi yang menakjubkan dan kontroversial adalah teknologi rekayasa genetika yang berupa teknologi kloning. Dr. Gurdon dari Universitas Cambridge adalah orang pertama yang melakukan teknologi ini pada tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong kloning. Pada tahun 1993, Dr. Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan. Pada tahun 1997, Dr. Ian Wilmut berhasil melakukan kloning mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi nama Dolly. Pada tahun yang sama lahir lembu kloning pertama yang diberi mana Gene. Pada tahun 1998, para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh Dr. Teruhiko Wakayama berhasil melakukan kloning terhadap tikus hingga lebih dari lima generasi. Pada tahun 2000, Prof. Gerald Schatten berhasil membuat kera kloning yang diberi nama Tetra. Setelah berbagai keberhasilan teknik kloning yang pernah dilakukan, para ahli malah lebih berencana menerapkan teknik kloning pada manusia.[37]Setelah uraian-uraian di atas, selanjutnya kita lihat tabel klasifikasi perkembangan sebagian ilmu pengetahuan dari masa ke masa berdasarkan periodenya sebagai berikut[38] ILMU-ILMU 2000 SM-300 M 300 M-1400 M 1400 M-1600 M Abad ke-17 Abad ke-18 Abad ke-19 Abad ke-20 MATEMATIKA Ilmu HitungGeometriLogika Teori Bilangan AljabarGeometri AnalitikTrigonometri Probabilitas dan StatistikaPersamaan DiferensialKalkulusGeometri AnalistisTopologi Teori InformasiTeori FungsiGeometri Non-EuclidLogika Matematik FISIKA MekanikaOptika Termodinamika Keelektrikan dan Kemagnetan Kristalogi CryogenikMekanika StatistikaMekanika KwantumFisika PartikelFisika NuklirFisika PlasmaFisika AtomFisika MolekulFisika ZadatFisika Relativitas KIMIA Alkimia Kimia AroganikKimia Kedokteran Kimia Analistis PharmakologiBiokimiaKimia Organik Fisika KwantumKimia FisikaKimia NuklirKimia Polimer ASTRONOMI KosmologiAstronomi Posisionil Mekanika Benda Langit Astronomi Fisika AstronautikaRadio AstronomiAstrofisika GEOLOGI Eksplorasi GeodesiMineralogiMeteorologi GeofisikaStatigrafiSejarah GeologiPaleontologiMineralogiPetrologiGeormorphologiGeografi Fisika/Fisis Srtuktur GeologiGeokimiaHidrologiOceanografi BIOLOGI Ilmu Obat-obatan PhisiologiAnatomiBotani dan ZoologiEmbriologiPathologi Mikrobiologi Taksonomi BiofisikaAnatomi PerbandinganCitologiHistologiBiokimiaEkologi RadiobiologiBiologi MolekulGenetika SOSIAL PemerintahanSejarahFilsafat Politik Ekonomi ArkeologiAntropologi FisikSosiologi Antropologi BudayaPsikologi PenutupTabel di atas belum mencakup semua ilmu pengetahuan, karena menurut Jujun Suriasumantri, ilmu pengetahuan dewasa ini telah berkembang menjadi sekitar 650 cabang. Di samping sudah ada pemberdayaan antara ilmu-ilmu alam atau natural science dengan ilmu-ilmu sosial, dikenal pula dengan pembedaan ilmu dan ilmu terapan. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, menurut Chalmers, diperkirakan sejak 400 tahun yang lalu, yaitu sejak Copernicus, Galileo, Kepler, dan yang lebih jelas lagi sejak Francis Bacon pada abad ke-15 dan 16 sebagai ahli filsafat ilmu yang mengemukakan perlunya suatu metode dalam mempelajari pengalaman. Bacon menekankan bahwa eksperimen dan observasi yang intensif merupakan landasan perkembangan ilmu.[39]Fakta-fakta di atas menunukkan bahwa perkembangan ilmu tidak bisa dilepaskan dari rasa keingintahuan yang besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh melalui penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi sehingga menghasilkan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi suatu generasi dan menjadi acuan pertimbangan bagi generasi selanjutnya untuk mengoreksi, menyempurnakan, mengembangkan, dan menemukan penemuan selanjutnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi pemacu bagi pesatnya perkembangan ilmu yang melatarbelakangi semakin cepatnya penemuan dalam bidang teknologi yang kadang membuat sebagian orang terlena karenanya sehingga tidak sadar bahwa sebagian ilmu yang disalahgunakan bisa menjadi ancaman serius bagi kehidupan penting yang perlu dicatat di sini adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengembangan moral-spiritual manusianya, karena sebagaimana kita tahu, perkembangan ilmu pengetahuan selain berdampak positif, ia juga berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya adalah semakin mempermudah kehidupan manusia, sementara dampak negatifnya adalah semakin mengancam kehidupan mereka. Oleh karena itu, agar tatanan kehidupan manusia di dunia ini tetap lestari, maka perkembangan ilmu mesti diiringi dengan pengembangan moral-spiritual manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu tanpa pengembangan moral-spiritual bisa menjadi ancaman bagi kehidupan manusia seperti yang bisa kita rasakan akhir-akhir ini yang berupa penyalahgunaan teknologi nuklir. Demikian pula pengembangan moral-spiritual tanpa diiringi perkembangan ilmu bisa menjadikan sebagian manusia kurang kreatif seperti yang terjadi pada orang Kristen pada zaman kegelapan Eropa. Dengan kata lain, antara otak dan hati harus mendapatkan porsi perhatian yang seimbang. Sejarah sudah membuktikannya. Sejarah merupakan disiplin ilmu yang memiliki validitas kebenaran yang tinggi sehingga layak dijadikan bahan untuk mengambil pelajaran ibrah. [] BibliografiBakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta Rajawali Pers, Gordon. What Happened in History. Harmondswort Penguin Books Ltd, Goodman, “Mu垄ammad ibn Zakariyyā al-RāzÄ”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman. Bandung Mizan, Klein-Franke, “Al-KindÄ”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman. Bandung Mizan, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta Litera AntarNusa, Maskoeri. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta RajaGrafindo Persada, J. Mouly, “Perkembangan Ilmu”, dalam Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, ed. Jujun S. Suriasumantri. Jakarta Gramedia, Kattsoff, Louis. Pengantar Filsafat. Yogyakarta Tiara Wacana Yogya, 2004. Nasution, Harun. Islam Rasional. Bandung Mizan, Betrand. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang. Yogyakarta Pustaka Pelajar, dan SDRm Rita Hanafie. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta Andi Offset Yogya, Ahmad. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra. Bandung Remaja Rosdakarya, 2005. Watt, W. Montgomery. Islam dan Peradaban Dunia Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan. Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1997. [1]Gordon Childe, What Happened in History Harmondswort Penguin Books Ltd, 1975, 13. [2]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu Jakarta Rajawali Pers, 2010, 16-17. [3]Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar Jakarta RajaGrafindo Persada, 2003, 35-39. [4]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 21-129. [5]George J. Mouly, “Perkembangan Ilmu”, dalam Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, ed. Jujun S. Suriasumantri Jakarta Gramedia, 1991, 87. [6]Soetriono dan SDRm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi PenelitianYogyakarta Andi Offset Yogya, 2007, 117. [7]Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad Jakarta Litera AntarNusa, 1996, 1. [8]George J. Mouly, “Perkembangan Ilmu”, 87. [9]Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, 1. [10]Betrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2002, 6. [11]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 21-23. [12]Ibid., 23-27. Lihat juga Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra Bandung Remaja Rosdakarya, 2005, 48-49. [13]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 27-28. [15]Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat Yogyakarta Tiara Wacana Yogya, 2004, 257. [16]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 43. [17]Harun Nasution, Islam Rasional Bandung Mizan, 1998, 7. [18]W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1997, 44-45. [21]Pembahasan lebih detil tentang sosok, karya, dan pengaruh AbÅ Bakar Mu垄ammad ibn Zakariyyā al-RāzÄ bisa dibaca dalam Lenn E. Goodman, “Mu垄ammad ibn Zakariyyā al-RāzÄ”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman Bandung Mizan, 2003, 243-265. [22]W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan, 52-56. [26]Felix Klein-Franke, “Al-KindÄ”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman Bandung Mizan, 2003, 209-210. [27]Betrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang, 567. [28]Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra, 125-126 dan Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 49-50. [30]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 51-52. [31]Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, 58. [32]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 55. [35]Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, 202. [36]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 79. [38]Henry Margenau dan David Bergamini, The Scientist New York Time Inc., 1964, 86-99, yang diolah oleh Jujun Suriasumatri, “Tentang Hakekat Ilmu Sebuah Pengantar Redaksi”, dalam Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, ed. Jujun S. Suriasumantri Jakarta Gramedia, 1991, 14-15. [39]Soetriono dan SDRm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, 120. Perkembanganilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara tiba-tiba, namun melalui proses bertahap dan evolutif. Perkembangan ilmu terus berkembang menjadi beberapa periode, mulai dari zaman zunani terus berkembang hingga sampai zaman post modern yang masing-masing memiliki karakteristik dan para filosof yang berbeda. Tulisan ini membahas tentang strategi ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Indonesia. Topik ini penting dibahas sebagai kerangka untuk membangun kemajuan di Indonesia. Aspek penting yang tidak bisa diabaikan untuk proses ini adalah etika. Etika penting sebagai landasan untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan peradaban secara lebih baik. Data dalam tulisan ini berasal dari telaah literatur pemikiran yang disusun sesuai dengan metode ilmiah. Penelitian ini menemukan bahwa ada tiga kata yang sering dipakai secara bergantian yaitu ilmuwan, intelektual dan cendekiawan. Seorang ilmuwan penting menjadikan etika dalam seluruh aktivitas keilmuwannya sehingga ilmu yang dikembangkannya bermanfaat untuk kemanusiaan. Strategi yang bisa ditempuh untuk pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia adalah membentuk masyarakat ilmiah, pengembangannya memperhatikan karakter bangsa Indonesia, memperhatikan relasi antarilmu tanpa mengorbankan otonomi antara masing-masing disiplin ilmu dan memperhatikan dimensi religius bangsa Indonesia. Tulisan ini diharapkan memberikan kontribusi dalam menyusun kerangka teori dan strategi praktis dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. This paper discusses about strategies scientist in developing science in Indonesia. This topic important to discussed as a framework to build on the progress in Indonesia. An important aspect that can’t be ignored for this process is ethics. Ethics is important as a foundation for creating knowledge and better civilization. This article data taken from the literature review prepared in accordance with the thought that the scientific method. This study found that there are three words that are often used interchangeably, namely scientists, intellectuals and scholars. Making ethics an important scientist in all scientific activities so that science is useful for the development of humanity. The strategies that can be applied to the development of science in Indonesia is establish the scientific community, development attention to the character of the Indonesian nation, pay attention to the relation between science without compromising the autonomy of the individual disciplines and pay attention to the religious dimension of the Indonesian nation. This paper is expected to contribute in developing a theoretical framework and practical strategies in the development of science in Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ILMUWAN, ETIKA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI INDONESIAMaftukhinInstitut Agama Islam Negeri IAIN Tulungagungmaftuh_in17 ini membahas tentang strategi ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Indonesia. Topik ini penting dibahas sebagai kerangka untuk membangun kemajuan di Indonesia. Aspek penting yang tidak bisa diabaikan untuk proses ini adalah etika. Etika penting sebagai landasan untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan peradaban secara lebih baik. Data dalam tulisan ini berasal dari telaah literatur pemikiran yang disusun sesuai dengan metode ilmiah. Penelitian ini menemukan bahwa ada tiga kata yang sering dipakai secara bergantian yaitu ilmuwan, intelektual dan cendekiawan. Seorang ilmuwan penting menjadikan etika dalam seluruh aktivitas keilmuwannya sehingga ilmu yang dikembangkannya bermanfaat untuk kemanusiaan. Strategi yang bisa ditempuh untuk pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia adalah membentuk masyarakat ilmiah, pengembangannya memperhatikan karakter bangsa Indonesia, memperhatikan relasi antarilmu tanpa mengorbankan otonomi antara masing-masing disiplin ilmu dan memperhatikan dimensi religius bangsa Indonesia. Tulisan ini diharapkan memberikan kontribusi dalam menyusun kerangka teori dan strategi praktis dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.[This paper discusses about strategies scientist in developing science in Indonesia. This topic important to discussed as a framework to build on the progress in Indonesia. An important aspect that can’t be ignored for this process is 200 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................ethics. Ethics is important as a foundation for creating knowledge and better civilization. This article data taken from the literature review prepared in accordance with the thought that the scientic method. This study found that there are three words that are often used interchangeably, namely scientists, intellectuals and scholars. Making ethics an important scientist in all scientic activities so that science is useful for the development of humanity. The strategies that can be applied to the development of science in Indonesia is establish the scientic community, development attention to the character of the Indonesian nation, pay attention to the relation between science without compromising the autonomy of the individual disciplines and pay attention to the religious dimension of the Indonesian nation. This paper is expected to contribute in developing a theoretical framework and practical strategies in the development of science in Indonesia.]Kata kunci Ilmuwan, Etika, Strategi, KarakterPendahuluanIlmu pengetahuan secara umum terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangannya semakin cepat seiring dinamika kehidupan yang kian kompleks. Munculnya berbagai fenomena baru secara simultan menjadi tantangan yang harus direspon secara kreatif dan utama perkembangan ilmu pengetahuan terletak di tangan ilmuwan. Seorang ilmuwan tidak boleh pasif. Ia harus selalu berpikir, meneliti dan melakukan berbagai upaya untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang menjadi bidang spesialisasinya. Melalui cara demikian maka tugasnya sebagai ilmuwan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dapat berjalan secara semacam ini seyogianya tidak hanya berlangsung di kalangan ilmuwan semata, melainkan juga menjadi spirit umum di seluruh lapisan masyarakat. Upaya mewujudkannya sesungguhnya tidak mudah, namun demikian bukan berarti mustahil. Jika dilakukan usaha secara serius, sistematis dan terus-menerus maka sangat mungkin terwujud manusia EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 201Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................Indonesia yang Indonesia ideal digambarkan sebagai manusia yang sadar iptek, kreatif dan memiliki solidaritas etis. Manusia yang sadar iptek adalah manusia yang tidak berhenti belajar. Pengetahuannya terus diasah dan ditambah. Ia menjadi manusia yang belajar sepanjang hayat long life education.Kreatif juga menjadi karakter yang melekat pada manusia Indonesia ideal. Pikirannya selalu mencari ide dan gagasan baru yang dilakukan dalam kerangka menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks. Manusia semacam ini memiliki karakteristik yang cakap, mandiri dan bertanggung solidaritas-etis bermakna bahwa manusia ideal itu peka terhadap keadilan. Ia juga memiliki solidaritas sosial, yakni memiliki pedoman moral etis yang menjadi landasan dalam setiap ideal merupakan manusia yang berkarakter. Aspek karakter penting untuk mendapatkan penekanan karena aspek inilah yang mengalami kemerosotan signikan dari waktu ke waktu. Kemerosotan tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat awam, tetapi juga merambah kalangan intelektual. Karena itulah, pembentukan karakter seyogianya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Ia harus dipertautkan dengaan kolektivitas bangsa yang bermental-karakter baik. Menurut Yudi Latif, ”Kebaikan dan kekuatan mental-karakter individual hanya bisa memperoleh kepenuhan manfaatnya jika terintegrasi ke dalam kebaikan dan kekuatan mental-karakter bangsa secara kolektif.”2Integrasi dua aspek ini memungkinkan terwujudnya sebuah masyarakat ideal. Masyarakat semacam ini akan mampu menjawab segenap tuntutan perubahan dan tantangan kehidupan yang semakin 1 M. Zainuddin, “Pengembangan Sumber Daya Manusia PTIS dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Tahap Kedua,” dalam Azwar Anas, dkk., Kompetensi Perguruan Tinggi Islam Swasta dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua Yogyakarta Tiara Wacana, 1993, h. Yudi Latif, Revolusi Pancasila Bandung Mizan, 2015, h. 105. 202 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................kompleks. Kapasitas dan kapabilitas dirinya menjadi modal penting yang membuatnya selalu eksis dalam dinamika perkembangan kehidupan yang demikian, realitas tampaknya belum sesuai dengan harapan. Ada jurang yang cukup lebar antara idealitas dengan realitas. Kalangan intelektual Indonesia belum mampu menjalankan tugasnya secara optimal. Tidak hanya itu, realitas yang sering kali paradoks justru terjadi di institusi pendidikan tinggi. Tampaknya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan menjadi jaminan yang bisa mendewasakan ini akan memfokuskan pembahasannya pada tiga hal. Pertama, siapa yang disebut sebagai ilmuwan? Kedua, apa saja etika yang harus dipegang oleh seorang ilmuwan? Dan ketiga, bagaimana strategi ilmuwan dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia?Ilmuwan, Intelektual dan CendekiawanAda beberapa kata yang memiliki konotasi makna yang hampir sama, yaitu ilmuwan, cendekiawan dan intelektual. Ketiga kata ini sering digunakan secara bergantian untuk konteks-konteks tertentu. Padahal, selain memiliki kesamaan makna, ketiga kata tersebut juga memiliki Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmuwan adalah, ”Orang yang ahli atau banyak pengetahuannya mengenai suatu ilmu; orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan.”4 Mengacu ke denisi ini maka seorang ilmuwan itu adalah orang yang pengetahuannya luas di atas pengetahuan masyarakat pada umumnya. Luasnya pengetahuan itu dimungkinkan karena seorang ilmuwan itu selalu belajar, membaca, meneliti, mereproduksi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Keseriusan berkecimpung dalam bidang ilmu yang ditekuni menjadikannya 3 Machasin, Islam Dinamis Islam Harmonis, Lokalitas Pluralisme Terorisme Yogyakarta LKiS, 2012, h. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka, 2008, h. 325. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 203Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................seorang ahli dengan wawasan pengetahuan yang perkembangan peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh sosok ilmuwan. Jumlah ilmuwan sesungguhnya sangat kecil dibandingkan dengan jumlah masyarakat pada umumnya. Namun karena kekuatan gagasan, konsep dan pemikirannya, jumlah yang sedikit tersebut justru mengendalikan jumlah yang banyak. Kaum ilmuwan yang dalam realitasnya justru menentukan perjalanan sejarah. Dalam perkembangannya, ilmu merupakan bagian yang tidak terpisah dari aktivitas manusia. Hal ini terjadi semenjak zaman Yunani Kuno sampai era sekarang ini. Kegiatan ilmu ini berlangsung secara dinamis sesuai dengan konteks sosial budaya yang ada. Masyarakat yang perkembangan ilmunya produktif biasanya maju dan cepat berkembang. Sementara masyarakat yang perkembangan ilmunya lambat biasanya tertinggal. Kunci penting yang menentukan perkembangan ilmu adalah itu memiliki karakteristik unik. Bisa jadi antara satu ilmuwan dengan ilmuwan yang lainnya memiliki karakteristik yang tidak sama. Orientasinya bisa jadi juga berbeda. Titik pokok aktivitasnya memang dunia ilmu, tetapi ilmu tersebut bisa digunakan sesuai dengan kepentingan ilmuwan. Ada yang menggunakannya untuk kepentingan idealis berupa pengembangan ilmu, namun ada juga yang menggunakannya untuk kepentingan yang lain, seperti eksistensi diri, ekonomi, budaya, dan bahkan seorang ilmuwan memang menekuni dunia keilmuwan secara serius. Ilmuwan semacam ini bisa disebut sebagai ilmuwan sejati. Ilmuwan sejati menjadikan ilmu sebagai media untuk membangun keluhuran nilai-nilai kemanusiaan. Ia selalu berusaha memposisikan kemanusiaan dalam kondisi dialogis yang dilakukan atas dasar saling pengertian dengan realitas yang ada di sekelilingnya. Dialog dilakukan dalam kerangka emansipasi, bukan The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu Yogyakarta Liberty, 2010, h. 94. 204 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................Seorang ilmuwan seyogianya memang memihak terhadap kemanusiaan. Pemihakannya dilakukan terhadap dua posisi yang kontradiktif. Pertama, pada sisi nilai yang diposisikan dengan fakta. Kedua, pada posisi yang mampu mengembangkan kebiasaan-kebiasaan reeksi kritis. Kedua pemikiran tersebut sesungguhnya bukan hal yang menyenangkan. Hal ini disebabkan karena pemisahan subjektif atau objektif senantiasa paralel dengan perbedaan antara fakta atau nilai. Perbedaan antara apa yang disebut dengan fakta ”keras” dengan ”kelembutan” nilai, kebenaran dengan kegembiraan, objektivitas dengan subjektivitas, adalah instrumen menarik dan rumit ditangani karena cenderung tidak diadaptasikan pada Dengan demikian jelas bahwa ilmuwan ideal adalah ilmuwan sejati. Hal ini bermakna bahwa tidak semua ilmuwan itu ideal. Ada juga ilmuwan yang berorientasi pragmatis. Ilmuwan sejati senantiasa berusaha keras untuk mengembangkan ilmu yang ditekuninya sekaligus memihak kepada lain yang konotasinya hampir sama dengan ilmuwan adalah intelektual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intelektual itu memiliki dua pengertian pertama, cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Kedua, yang mempunyai kecerdasan tinggi; secara bahasa ini memang terlihat masih general. Dibutuhkan kriteria dan karakteristik tertentu agar sosok intelektual menjadi lebih konkrit. Melalui cara demikian menjadi jelas siapa saja gur yang disebut sebagai satu kriteria yang penting untuk dipertimbangkan adalah ide. Seorang intelektual, dalam konteks Indonesia, merupakan agen perubahan kehidupan sosial politik. Perubahan yang diusung oleh kalangan 6 Adi Armin, Richard Rorty Jakarta Teraju, 2003, h. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka, 2008, h. 335. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 205Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................intelektual bermuara pada ide-ide baru dan sikap Ide baru bisa muncul dari mana saja dan dari siapa saja. Tetapi pada seorang intelektual, potensi pengembangan ide, gagasan, pemikiran dan inovasi memiliki peluang yang lebih besar karena seorang intelektual memiliki wawasan luas, pengetahuan mendalam dan kemampuan reeksi berbasis teori ataupun realitas. Apa yang dilontarkan seorang intelektual memiliki potensi terhadap terjadinya transformasi dalam makna yang luas. Sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kiprah yang dilakukan oleh kalangan intelektual di berbagai bidang kehidupan. Wang Xiang Jun menyatakan bahwa mustahil memahami perubahan sejarah tanpa memahami peran kaum intelektual. Mereka menciptakan gagasan tertentu. Gagasan ini kemudian diaplikasikan oleh para pemimpin. Margareth Thatcher tidak menemukan monoterisme sendirian, melainkan mengambil gagasan yang sudah ada. George Bush dipengaruhi oleh gagasan kaum intelektual Neocons. Deng Xiaoping tidak sekonyong-konyong memutuskan untuk membuka pasar Cina, melainkan ia dipengaruhi oleh perspektif yang dikembangkan kaum intelektual Cina yang telah memiliki kontak dengan dunia Kebijakan yang diambil seorang pemimpin tidak bisa dilepaskan dari pengaruh gagasan kalangan konteks sejarah Indonesia, kaum intelektual telah menjadi pelopor bagi tumbuhnya kesadaran baru yang memungkinkan munculnya tuntutan politis berupa sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Meskipun dalam perjalanan selanjutnya peran intelektual mengalami berbagai penurunan, telah tertanam suatu kepercayaan umum yang memiliki akar-akar psikologis dan historis dalam masyarakat akan pentingnya posisi kaum intelektual dalam mengatasi dan memecahkan permasalahan-permasalahan pelik menyangkut ideologi, 8 Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society, Cet. 2 Jakarta LP3ES, 1999, h. Wang Xiang Jun, China Membeli Dunia Yogyakarta Pustaka Solomon, 2010, h. 22-23. 206 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................politik, ekonomi, sosial dan intelektual akan senantiasa mendayagunakan akalnya untuk mengembangkan ilmu yang ditekuninya. Pemberdayaan akal merupakan media efektif untuk menemukan dan mengaktualisasikan potensi diri. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang senantiasa mendorong umatnya untuk berpikir. Jika seseorang mampu melakukan hal ini secara optimal maka ia bisa disebut sebagai seorang intelektual Muslim. Seorang intelektual Muslim memiliki beberapa karakteristik. Pertama, berzikir atau mengingat Tuhan dalam setiap situasi dan kondisi. Ia berzikir tidak hanya pada saat tertentu saja, melainkan pada setiap waktu. Kedua, mencermati secara detail fenomena yang terdapat di alam raya. Hal ini memberikan manfaat untuk memahami tujuan hidup manusia dan memahami kebesaran Tuhan. Selain itu, manfaat lain yang bisa diperoleh adalah kebahagiaan dan kenyamanan hidup di dunia ini. Ketiga, melakukan optimalisasi potensi untuk diwujudkan dalam aksi nyata yang memberikan manfaat terhadap lain yang juga sering dipakai adalah cendekiawan. Menurut Sumartana, ”Cendekiawan adalah seseorang yang peduli kepada nasib bangsanya, dan untuk itu ia terlibat dalam pembangunan.”12 Senada dengan intelektual dan ilmuwan, cendekiawan tidak hanya bergelut dengan konsep yang abstrak. Cendekiawan memang menyusun teori dan pemikiran, namun juga berusaha untuk menindaklanjutinya dalam aksi nyata. Pengalaman negara-negara Barat menunjukkan bahwa cendekiawan merupakan pelopor bagi terwujudnya sebuah wilayah publik yang bebas a free public sphere.13 Hal tersebut menunjukkan bahwa cendekiawan tidak hanya bergelut dengan hal-hal yang bersifat teoretis, melainkan juga bergiat dalam tataran Muhammad AS Hikam, Demokrasi..., h. M. Zainuddin, “Pengembangan Sumber Daya Manusia...,” h. Th. Sumartana, “Kebebasan dan Para Cendekiawan,” dalam Akhmad Fikri AF eds., Anarki Kepatuhan Yogyakarta LKiS, 1996, h. Muhammad AS Hikam, Demokrasi..., h. 99. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 207Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................Ilmuwan, intelektual dan cendekiawan merupakan kategori yang longgar. Sangat mungkin seseorang bisa dikategorikan sebagai ilmuwan, intelektual, dan cendekiawan sekaligus jika memang memenuhi kriteria. Aspek denisi, kategori dan karakteristiknya memang masuk dalam wilayah perdebatan. Aspek yang sesungguhnya jauh lebih substansial adalah bagaimana mereka menjalankan peran dan memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu dan transformasi kehidupan secara luas. Demi kepentingan praktis, di artikel ini digunakan kata ilmuwan digunakan untuk mewakili kata yang kaum pandai ini sangat menentukan terhadap perjalanan sebuah bangsa. Justru karena itulah harus dilakukan usaha-usaha serius yang memungkinkan lahirnya generasi baru kaum cerdik pandai tersebut. Kelahiran generasi baru yang dilakukan secara intensif memungkinkan lahirnya aktor-aktor baru yang dapat mempercepat proses transformasi sosial kemasyarakatan ke arah kehidupan yang lebih EtikaAspek mendasar yang menjadi tantangan ilmuwan di era sekarang ini adalah etika. Realitas kehidupan yang sarat anomali dan kontradiksi dengan etika menjadi tantangan yang tidak mudah untuk ditundukkan. Pada kondisi semacam ini, seorang ilmuwan sejati harus memiliki landasan etika yang kuat. Jika tidak maka ia akan kehilangan arah dan titik pijak dalam menjalankan tugas dan etika menjadi signikan perannya saat seorang ilmuwan melakukan interaksi. Salah satu bentuk interaksinya adalah interaksi dengan kekuasaan. Seorang intelektual tidak boleh mengorbankan ilmunya untuk kepentingan praktis. Hal ini penting menjadi perhatian karena tidak jarang atas nama kepentingan diri dan pragmatisme, seorang ilmuwan mengorbankan nilai kebenaran. Jika ini yang terjadi maka sesungguhnya kaum intelektual itu telah berkhianat kepada fungsinya yang mendasar. 208 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................Seorang ilmuwan seharusnya memang benar-benar menyadari keberadaan dan fungsi dirinya. Kesadaran subjektifnya sebagai pengabdi kepada kebenaran dan kemanusiaan, harus dapat mengalahkan tarikan-tarikan objektif dari luar dirinya. Termasuk godaan dari pusat kekuasaan. Ilmuwan yang pengetahuannya luas banyak. Ilmuwan yang cerdas dan kritis juga banyak. Tetapi itu saja tidak cukup. Seorang ilmuwan harus juga memiliki integritas pribadi dan moral kebangsaan yang tinggi. Moralitas yang ditopang oleh kesadaran yang penuh atas fungsinya sebagai pengabdi kebenaran, sebagaimana dinyatakan Julien Benda, akan mempertahankan tegaknya pilar-pilar kecendekiawanan suatu bangsa. Benda ingin menekankan bahwa pengabdian ilmuwan adalah pada kebenaran yang didasari oleh cinta kepada kemanusiaan dan bukan cinta pada merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dihindari dalam konteks sekarang ini. Kekuasaan secara denisi adalah kemampuan untuk memengaruhi atau mengatur dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini. Denisi ini mengandung makna yang luas. Salah satu institusi yang memiliki kekuasaan adalah negara. Ciri khas negara, menurut Suseno, kekuasaannya memiliki wewenang. Maka kekuasaan negara juga dapat disebut ”otoritas” atau ”wewenang”. Otoritas atau wewenang adalah ”kekuasaan yang dilembagakan”, yaitu kekuasaan yang tidak hanya de facto menguasai, melainkan juga berhak untuk dan otoritas yang dimilikinya memiliki relasi resiprokal yang erat. Tidak ada kekuasaan tanpa otoritas. Kekuasaan dibangun di atas landasan otoritas yang kokoh. Tanpa otoritas, sebuah kekuasaan bisa runtuh. Implikasinya, membangun otoritas selalu dilakukan oleh kekuasaan melalui berbagai cara. Salah satunya melalui dukungan kalangan ilmuwan. 14 Syamsul Hadi, “Bobolnya Pilar-pilar Kecendekiawanan”, dalam Akhmad Fikri AF eds., Anarki Kepatuhan..., h. Franz Magnis-Suseno, Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Cet. 5 Jakarta Gramedia, 1999, h. 53. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 209Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................Yudi Latif menjelaskan bahwa ilmu dan kekuasaan telah lama bersekutu. Sejarah perkembangan ilmu lebih mudah dijelaskan dengan logika ”kemauan politik” ketimbang tuntutan intrinsik pengembangan ilmu itu sendiri. Bahkan ketika tuntutan intrinsik menghendaki tahap lanjut dari perkembangan ilmu, tuntutan ini pun sulit direalisasikan tanpa dukungan Dukungan kalangan ilmuwan terhadap kekuasaan sesungguhnya merupakan hal wajar. Sejarah panjang kehidupan sosial politik sarat dengan persoalan semacam ini. Ada perdebatan, dukungan dan penolakan terhadap keterlibatan intelektual dalam panggung kekuasaan. Apa pun pilihannya sesungguhnya tergantung kepada masing-masing individu ilmuwan. Tetapi satu hal mendasar yang seharusnya disadari oleh seorang ilmuwan bahwa kebenaran jangan sampai digadaikan untuk kepentingan kekuasaan. Kekuasaan pun seharusnya memposisikan ilmuwan pada posisinya secara tepat. Relasi yang saling membangun ini penting agar saling mendukung satu sama lain, bukan saling menghegemoni. Apalagi jika kekuasaan memaksa ilmuwan untuk membangun teori, melakukan penelitian dan memberi masukan bagi kebijakan yang harus sesuai dengan kepentingan kekuasaan. Jika kondisi semacam ini yang ada, langkah terbaik bagi seorang ilmuwan adalah mundur dan keluar dari lingkaran kekuasaan. Independensi sebagai ilmuwan harus selain interaksi dengan kekuasaan, etika juga penting dalam kaitannya dengan tugas mendasar seorang ilmuwan, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh seorang ilmuwan harus dibungkus dengan bingkai etika moral yang jelas. Hal ini penting dilakukan agar ilmu pengetahuan yang dikembangkan tidak semena-mena terhadap kemanusiaan. Ilmu pengetahuan yang tidak mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan justru merusak terhadap kehidupan manusia. Produk keilmuwan harus bermanfaat untuk seluruh 16 Yudi Latif, Masa Lalu yang Membunuh Masa Depan Bandung Mizan, 1999, h. 215. 210 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................umat Produk pengetahuan yang tidak bermanfaat bagi kemanusiaan dapat berimplikasi destruktif pada terjadinya krisis kemanusiaan. Krisis kemanusiaan menunjukkan adanya ketimpangan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai moral. Keberhasilan ilmu eksakta dalam mengembangkan teknologi berhadapan dengan realitas kegagalan ilmu-ilmu humaniora dalam menjawab berbagai persoalan Sekarang ini merupakan zaman modern. Secara bahasa, modern berasal dari bahasa Latin “modo” yang berarti “just now” atau ”yang kini”. Istilah ini sering dikaitkan dengan keadaan kehidupan masyarakat Barat yang ditandai dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan Iptek membawa perubahan yang sangat mendasar pada konsep ruang. Pada masa sebelum ini konsep ruang dibatasi oleh geogras, batas negara dan budaya. Kini batas-batas itu sudah tertembus dan akibatnya tidak ada satu peristiwa yang terisolasi secara geogras. Ini mempunyai implikasi mendalam dalam banyak hal yang berkaitan dengan keyakinan modern tidak hanya berkaitan dengan dimensi sik-material yang ditandai dengan kemajuan, tetapi juga berkaitan dengan karakteristik personal. Berkaitan dengan kemodernan personal, pendapat Alex Inkeles dan David Smith penting untuk dipertimbangkan. Menurut kedua intelektual ini, ada beberapa indikator yang menyangkut apa yang disebut sebagai individu modern. Pertama, opennes to new experience. Keterbukaan kepada hal-hal yang sifatnya baru sebenarnya mengandung dimensi disposisi psikologis, bukan sekadar kelatahan. Artinya, manusia modern itu secara sadar menerima sesuatu yang sifatnya baru. Hal-hal baru itu semakin sering datang dan harus direspon secara aktif-kreatif. Tanpa 17 M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Ting gi Pendekatan Integratif-Interkonektif Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2006, h. Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan Jakarta Rajawali Pers, 2013, h. Machasin, Islam Dinamis..., h. 33. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 211Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................keterbukaan terhadap hal-hal yang baru, ia akan semakin the readiness for social change. Individu yang modern selalu siap menerima perubahan sosial. Artinya, ia mau menerima kenyataan akan adanya perubahan yang menyeluruh seperti menyangkut partisipasi politik dari mekanisme politik yang tertutup dari segenap warga masyarakat yang mampu melaksanakannya, pemenuhan tuntutan yang dianggap wajar oleh sebagian kelompok masyarakat, hubungan yang lebih erat antara atasan dan bawahan dan lain sebagainya. Perubahan sosial ini berkaitan dengan berbagai aspek the realism of the growth of opinion. Seorang yang modern harus memiliki kemampuan untuk membentuk dan menyatakan pendapatnya yang menyangkut masalah-masalah yang timbul di sekitarnya. Artinya, ia harus mampu menempatkan dirinya dalam kerangka posisi dan pemikiran orang lain. Istilah sekarang adalah “empathy”. Orang yang memiliki empathy bisa membayangkan dirinya dalam posisi untuk memberikan buah pikiran kepada orang lain yang dianggap membutuhkan. Di samping itu, manusia modern juga biasanya memberikan nilai yang positif terhadap buah pikiran dan pendapat orang the need of information. Individu yang modern selalu berkeinginan untuk terus-menerus memeroleh dan mengikuti perkembangan keadaan di sekitarnya. Oleh karena itu, ia selalu ingin memiliki sejumlah informasi yang dianggap penting. Hal ini disebabkan karena informasi menjadi salah satu penanda penting zaman sekarang. Informasi datang secara berlimpah. Penguasaan terhadap informasi menjadi penanda penting eksistensi secara individu maupun oriented toward future and punctuality. Manusia modern selalu berorientasi ke masa depan dengan melihat masa sekarang dan mengambil pengalaman dari masa lampau. Di samping itu, ia harus mau menghargai dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Kesetiaan untuk menepati waktu atau punctuality merupakan sesuatu yang sangat melekat pada individu yang modern. Kedisiplinan menjadikan seseorang selalu 212 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................dapat menjalani kehidupan dengan orientasi kemajuan yang efcacy. Artinya, individu yang modern percaya betul bahwa ia atau masyarakatnya harus mampu mengontrol lingkungan di sekitarnya, bukan sebaliknya. Ia harus mampu menata dan mengorganisasi kehidupannya dengan menata lingkungan di sekitarnya, bukan lingkungan yang mendiktenya. Kondisi semacam ini menunjukkan bahwa manusia modern itu memiliki tingkat kemandirian, kreativitas dan orientasi hidup yang planning. Manusia modern harus memiliki perencanaan yang jelas, baik yang berjangka pendek maupun berjangka panjang, baik yang menyangkut masalah kemasyarakatan maupun yang menyangkut masalah pribadinya. Adanya perencanaan menunjukkan bahwa segala sesuatu tidak berjalan secara bebas, melainkan dalam kerangka yang jelas. Perencanaan yang baik menentukan hasil yang juga baik. Kedelapan, calculability. Manusia modern harus mempunyai keyakinan bahwa lingkungannya mesti dapat diperhitungkan. Artinya, orang-orang dan lembaga-lembaga yang ada di sekitarnya dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya dan dapat ia percaya. Kesembilan, the valuing of technical skill. Kemampuan teknis merupakan sesuatu yang sangat bernilai bagi manusia modern. Manusia modern percaya bahwa reward itu diberikan dengan mempertimbangkan secara objektif aspek keahlian. Reward diberikan bukan berdasarkan nilai-nilai yang sifatnya aspirations, educational and occupational. Manusia modern harus memiliki aspirasi tinggi dan mempercayai bahwa pendidikan merupakan kebutuhan mutlak dalam kehidupannya. Manusia modern juga harus mempertimbangkan bahwa pekerjaan diperoleh bukan berdasarkan pertimbangan tradisional, melainkan atas dasar prestasi yang sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah awareness of and respect for the dignity of other. Manusia modern itu harus toleran dan menghargai manusia yang lainnya. Ia EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 213Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................harus memposisikan orang lain secara bijak karena mereka mempunyai kemuliaan dan kebajikan yang understanding production. Manusia modern dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan pengadaan barang-barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan optimism. Manusia modern harus selalu bersifat optimis dan tidak lekas menyerah terhadap keadaan dan tantangan yang Pengembangan Ilmu PengetahuanPengembangan ilmu pengetahuan menjadi tugas pokok seorang ilmuwan. Ilmuwan tidak akan disebut sebagai ilmuwan sejati jika tidak mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang menjadi bidang dan pokok kajiannya. Justru ketika aktivitasnya tidak melahirkan perspektif baru, teori baru dan temuan-temuan baru maka posisinya sebagai ilmuwan layak untuk pengetahuan merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang Secara lebih detail, ilmu pengetahuan memiliki beberapa persyaratan. Pertama, setiap manusia memiliki hak dasar untuk mencari ilmu. Hak ini tidak dapat diganggu gugat. Hal ini berlaku pada siapa pun, terlepas dari kasta, kepercayaan, jenis kelamin dan usia. Kedua, metode ilmiah itu tidak hanya pengamatan atau eksperimentasi akan tetapi juga teori dan sistematisasi. Pengetahuan mengamati fakta, mengklasikasikannya sebagai dasar untuk menyusun teori. Ketiga, ilmu pengetahuan itu jelas 20 Afan Gaffar, ”Modernitas dan Islam Dua Kutub yang Bertentangan?” dalam Ahmad Syai Maarif eds., Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Cet. 4 Yogyakarta Sipress, 1996, h. Dagobert D. Runes, Dictionary of Philosophy New Jersey Littleeld, Adam & Co, Totowa, 1976, h. 324. 214 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................dan terbukti berguna dan berarti, baik untuk tingkat individu maupun tingkat sosial. Aspek ini tidak perlu untuk diperdebatkan ilmu pengetahuan tersebut menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan itu memiliki dimensi universal dan misi mendasar, yaitu kemanusiaan. Manusia memang seharusnya menjadi titik orientasi dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan. Penghargaan terhadap manusia menjadikan ilmu pengetahuan dapat berjalan berdasarkan nilai-nilai fundamental kemanusiaan. Ilmu pengetahuan yang mengabaikan—apalagi melepaskan—terhadap nilai-nilai kemanusiaan memiliki konsekuensi pada munculnya berbagai ekses negatif pada kemanusiaan. Aspek semacam inilah yang seharusnya menjadi perhatian kalangan ilmuwan dalam pengembangan ilmu ontologis, ilmu pengetahuan memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi struktural. Dimensi ini menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu haruslah mengandung unsur-unsur objek sasaran untuk diteliti yang disebut gegenstand. Gegenstand ini terus-menerus dipertanyakan tanpa mengenal titik henti, alasan dan data-data tertentu dalam mempertanyakan gegenstand tersebut. Setelah melalui proses tersebut hasil-hasilnya kemudian disusun dalam satu kesatuan sistem. Kedua, dimensi fenomenal. Pada dimensi ini ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat. Masyarakat yang dimaksudkannya adalah sekelompok elit yang dalam kehidupannya sangat patuh pada kaidah-kaidah ilmiah. Kaidah-kaidah ilmiah yang dimaksudkan adalah universalisme, komunalisme, dis-interestedness dan skeptisme yang terarah dan teratur organized scepticism. Di samping itu, ilmu pengetahuan juga menampakkan diri sebagai proses dan sebagai pengetahuan dan teknologi melahirkan atau menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru bagi manusia, yaitu sarana kemudahan. Sarana 22 Kadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, terj. Hasan Basri Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 1989, h. Imam Sya’ie, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam al-Qur’an, Telaah dan Pendekatan Filsafat Ilmu Yogyakarta UII Press, 2000, h. 10-11. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 215Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................kemudahan diciptakan manusia dengan usaha yang sangat besar dan dengan susah payah, namun hasilnya membuat banyak orang menjadi amat dan semakin tergantung kepadanya sehingga ketika fasilitas teknologi tidak tersedia banyak manusia merasa tidak dapat melakukan hal-hal yang menjadi tugasnya. Sementara itu, sarana-sarana itu memerlukan banyak persyaratan untuk pengadaan dan kerangka pengembangannya, ilmu pengetahuan harus memiliki landasan lsos yang kokoh. Ilmu pengetahuan yang dipelajari dan dikembangkan akan menjadi acuan dalam pemikiran, sikap, perilaku dan aplikasi kehidupan masyarakat luas. Pada perspektif inilah, ilmu pengetahuan yang dikembangkan harus dipahami dalam kerangka sistem yang utuh. Keutuhan sistem ilmu pengetahuan dan teknologi Iptek, dengan didukung oleh moralitas dan perilaku ilmiah, dapat menjamin pemberdayaan Iptek secara berkeadilan sebagai jalan menuju hidup dan kehidupan yang Kita selayaknya belajar dari peradaban Barat yang kini mengalami berbagai persoalan karena konstruksi ilmu pengetahuan sekuler yang dikembangkannya. Ada beberapa implikasi negatif dari model ilmu pengetahuan semacam itu. Pertama, sains modern yang dikembangkan oleh Barat melihat alam beserta hukum dan polanya, termasuk manusia sendiri, hanya secara material dan insidental belaka tanpa interferensi Allah. Implikasinya, manusia tanpa kendali memperlakukan alam tanpa mempertimbangkan berbagai aspek secara komprehensif. Kerusakan lingkungan sekarang ini merupakan bukti nyata eksploitasi dan keserakahan secara metodologis, sains modern tidak bisa diterapkan untuk memahami realitas sosial masyarakat Muslim yang mempunyai pandangan hidup yang berbeda dengan Barat. Sementara keilmuwan Islam yang memang banyak bersentuhan dengan nilai-nilai teologis dinilai terlalu 24 Machasin, Islam Dinamis..., h. 35. 25 Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan Yogyakarta Ar-Ruzz Media, 2008, h. 22. 216 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................berorientasi pada religiusitas dan spiritualitas dan tidak mempedulikan terhadap pentingnya ilmu-ilmu sosial dan ilmu hidup dan kehidupan yang berkeseimbangan harus terus-menerus diusahakan dan diperjuangkan. Ia tidak akan datang dengan sendirinya dan dengan begitu saja. Ilmu pengetahuan yang keberadaan dasarnya untuk kepentingan manusia terutama dalam memperbaiki hidup dalam rangka meningkatkan serta mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup, dalam realitasnya justru menghadirkan berbagai persoalan. Ilmu pengetahuan sekarang ini, kata Soedjatmoko, berhadapan dengan pertanyaan pokok tentang jalan yang harus ditempuh selanjutnya. Pertanyaan itu sebenarnya berkisar pada ketidakmampuan manusia mengendalikan ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Pertanyaan-pertanyaan mengenai dirinya sendiri, mengenai tujuan dan mengenai cara-cara pengembangannya, tidak akan dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan tanpa menoleh pada patokan-patokan mengenai moralitas, makna dan tujuan hidup manusia, termasuk apa yang baik dan apa yang buruk bagi manusia modern. Patokan-patokan itu ternyata berakar pada pemikiran di atas, dalam usaha untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis maka penelitian ilmiah perlu terus dilakukan oleh para ilmuwan dengan tidak meninggalkan moral dan agama yang seharusnya mendasari segala kegiatannya. Asas moral yang terkandung dalam kegiatan keilmuwan merupakan sumbangan positif, baik bagi pembentukan manusia perorangan maupun pembentukan karakter suatu Pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia menjadi kebutuhan mutlak. Ilmu pengetahuan adalah kunci penting yang mengantarkan ke arah kemajuan hidup. Jika ilmu pengetahuan di berbagai bidang kehidupan 26 A. Khudori Sholeh, ”Mencermati Gagasan Islamisasi Ilmu Faruqi,” dalam Jurnal El-Harakah, Edisi 57, Tahun XXII, Desember 2001-Februari 2002, h. Soedjatmoko, Pembangunan dan Kebebasan Jakarta LP3ES, 1983, h. Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik Jakarta Gramedia, 1986, h. 16. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 217Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................dapat terus tumbuh dan berkembang secara produktif maka kemajuan kehidupan secara umum akan dapat tentang pengembangan ilmu pengetahuan harus terus-menerus disosialisasikan dan dilakukan karena menjadi kebutuhan mendasar bagi kemajuan Indonesia. Selama ini pengembangan ilmu pengetahuan sesungguhnya sudah dilakukan, tetapi sifatnya parsial dan belum menjadi gerakan nasional. Karena itulah, sosialisasi dan gerakan secara luas penting untuk terus ini pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangannya adalah birokratisasi. Bukan rahasia jika birokratisasi merambah berbagai bidang kehidupan di Indonesia, termasuk bidang yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Saat ilmuwan dan ilmu pengetahuan terjerat dalam birokratisasi maka kecil kemungkinan untuk berkembang. Birokratisasi menghambat kinerja eksplorasi ilmu itu, elitisasi juga menjadi hambatan tersendiri. Hambatan terjadi karena elitisasi merupakan sesuatu yang kontradiktif dengan kesejatian ilmu. Bukan penilaian yang berlebihan jika ada yang menyebut telah terjadi pengkhianatan terhadap kesejatian ilmu saat praktis pengembangan ilmu pengetahuan disubordinasikan ke dalam proyek pengembangan teknologi yang serba elitis. Pengkhianatan ini berimplikasi luas. Pertama, ilmuwan yang terlibat dalam proses ini akan mengalami kegagalan. Kegagalannya berkaitan dengan usahanya untuk memperjuangkan aspirasi publik tentang ilmu pengetahuan dan memperjuangkan kepentingan dirinya sebagai seorang ilmuwan. Dalam hal ini, kalangan ilmuwan tertentu yang dianggap tidak memberikan peran dalam orientasi pengembangan teknologi akan segera menjadi kelompok yang tersisihkan. Kedua, terjadi pergeseran sifat ilmu. Dalam keterlibatannya sebagai penasihat atau pendukung proyek elitis, watak ilmu yang dikembangkan seorang ilmuwan bergeser sifatnya; dari proporsional objective analysis menjadi intensional mengabsahkan pilihan-pilihan elit. 218 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................Ketiga, sebagai konsekuensi dari itu semua, mereka pun otomatis akan gagal menjalankan peran sebagai juru bicara publik untuk melakukan kritik dan kontrol terhadap kebijakan-kebijakan ilmu Ada banyak strategi yang dapat dipilih untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pertama, membentuk masyarakat ilmiah. Masyarakat ilmiah adalah sebuah masyarakat yang mendasarkan segenap aktivitas dan orientasi kegiatannya berdasarkan kepada kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. Masyarakat ilmiah yang terbentuk akan cukup menentukan kebijakan sebab posisinya yang cukup diperhitungkan oleh pemerintah maupun pengusaha. Masyarakat semacam ini akan selalu menjadi rujukan pihak pemerintah maupun ada aspek mendasar yang seyogianya diperhatikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, yakni karakter. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Indonesia tidak bebas nilai. Pengembangannya harus memperhatikan terhadap landasan metasis, epistemologis dan aksiologis dari pandangan hidup bangsa Indonesia. Pemikiran yang melandasinya adalah ilmu pengetahuan tidak pernah dapat memberikan penyelesaian terakhir dan menentukan karena tidak ada ilmu yang mendasarkan dirinya sendiri secara absolut. Konstruksi semacam ini memungkinkan terjadinya harmonisasi antara rasionalitas dengan kearifan. Ketiga, pengembangannya harus memperhatikan relasi antarilmu tanpa mengorbankan otonomi antara masing-masing disiplin ilmu. Namun demikian relasi ini sesungguhnya tidak sederhana. Pada perspektif inilah lsafat ilmu penting perannya untuk menjernihkan relasi antarilmu yang bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Implikasinya, ilmu pengetahuan yang dikembangkan juga harus mempertimbangkan terhadap dimensi religius. Aspek ini penting diperhatikan karena ilmu pengetahuan sekular yang memisahkan agama di dalamnya kurang cocok 29 Yudi Latif, Masa Lalu..., h. 184-185. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 219Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................bagi bangsa Indonesia. Pengalaman negara Barat menunjukkan bahwa pemisahan ilmu pengetahuan dan agama berimplikasi pada krisis ilmu Karena itulah, dimensi esoteris agama perlu digali agar masyarakat ilmiah dapat memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai religius atau mengembangkan sinyal-sinyal yang terkandung secara eksplisit dalam ajaran agama tentang manfaat ilmu pengetahuan bagi umat lebih aplikatif, Qomar menawarkan beberapa agenda untuk kemajuan bangsa dan negara. Adapun langkah-langkah tersebut adalah pertama, mengubah tradisi berpikir normatif menjadi tradisi berpikir teoritis-aplikatif. Tradisi normatif bukannya tidak ada manfaatnya, tetapi tradisi berpikir ini cenderung pasif dan kurang produktif. Mengubah tradisi berpikir normatif menuju tradisi berpikir teoritis-aplikatif membutuhkan beberapa langkah, yaitu teologi menuju lsafat sosial lalu bergerak ke teori sosial dan akhirnya bermuara pada perubahan mengubah tradisi berpikir ideologis menjadi tradisi berpikir rasional. Tradisi berpikir ideologis, menurut Qomar, bermuara pada satu kata kunci, yaitu kepentingan. Karakteristik yang melekat pada tradisi berpikir ini adalah tertutup, pemihakan, sektarian, mengklaim paling benar dan menutup pintu dialog. Strategi pengembangan ilmu pengetahuan harus mentradisikan berpikir rasional. Berpikir rasional menjadi ciri penting masyarakat yang telah maju. Adapun mekanismenya dimulai dari ”kesadaran mengutamakan kebenaran,” lalu menuju ”meniadakan keberpihakan,” setelah bergerak menuju ”mencari dasar argumentasi yang paling kuat,” dan akhirnya ”menerima dan mengukuhkan suatu kebenaran meskipun berlawanan dengan ideologinya tidak melakukan penyakralan terhadap pemikiran Islam. 30 Armahedi Mahzar, Islam Masa Depan Bandung Pustaka, 1983, h. Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2006, h. Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, Merombak Pemikiran dan Mengembangkan Aksi Yogyakarta Teras, 2011, h. Ibid., h. 234-236. 220 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................Sikap penyakralan menunjukkan tidak adanya dinamika, keberanian melakukan pencermatan dan bahkan melemahkan kreativitas. Aspek yang penting dilakukan adalah mengubahnya menjadi kritik konstruktif. Tradisi kritik yang dilakukan dengan empati menjadi faktor penting kemajuan. Adapun mekanismenya dimulai dari ”telaah atas pemikiran,” kemudian ”pencarian kelemahan,” lalu ”penemuan kelemahan,” dilanjutkan dengan ”penyampaian kritik,” dilanjutkan dengan ”penawaran pemikiran baru sebagai solusi,” sebagai responnya adalah ”siap dikritik orang lain,” dan diakhiri ”menyiapkan argumentasi yang kuat secara ilmiah sebagai jawaban terhadap kritik orang lain tersebut”.34Keempat, mengubah kecenderungan tradisi berpikir aksiologis menjadi berpikir secara epistemologis. Tradisi berpikir aksiologis ditandai dengan kecenderungan untuk berdebat pada persoalan-persoalan elementer yang hanya menghabiskan energi tetapi tanpa kontribusi untuk kemajuan. Konsentrasi aksiologis pada hasil dan nilai kurang produktif sehingga penting untuk digeser menjadi wilayah proses dan cara. Aspek ini menjadi konsentrasi pemikiran epistemologis. Pemikiran ini dapat mendorong untuk mengkonstruk ilmu pengetahuan. Penguasaan terhadap pemikiran epistemologi menjadi bekal penting untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, bahkan sangat mungkin untuk membangun ilmu. Langkah yang dapat ditempuh dimulai dari ”menguasai lsafat,” lalu ”menguasai epistemologi,” dilanjutkan dengan ”menguasai metode metodologi,” yang membawa hasil berupa ”menemukan gumpalan pengetahuan knowledge,” dan diujungnya ”merumuskan ilmu pengetahuan.”35Kelima, mengubah tradisi berpikir yang menekankan pada penguasaan materi menjadi penekanan pada metodologi. Penguasaan materi itu penting, tetapi tidak cukup untuk membangun kemajuan. Karena itu harus diimbangi dengan penguasaan metodologi. Semua 34 Ibid., h. Ibid., h. 237-239. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 221Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................negara maju adalah bangsa yang bermetodologi. Upaya perumusan pengetahuan menjadi ilmu bisa ditempuh melalui langkah awal berupa ”telaah terhadap materi keilmuwan,” lalu dilanjutkan dengan ”pencarian metode pengembangan,” yang hasilnya berupa ”penemuan metode baru yang bersifat mengembangkan.” Metode baru ini kemudian diikuti dengan ”aplikasi metode baru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,” dan ditutup dengan ”pengembangan khazanah keilmuwan.”36 Keenam, mengubah mentalitas inferior menjadi superior dalam kerangka pengembangan pemikiran-pemikiran strategis. Dibutuhkan keberanian untuk menyampaikan gagasan di tengah publik sekaligus berani dikritik dan diuji keabsahannya oleh orang lain. Modal utama untuk melakukan tahap ini adalah keberanian dan kemampuan. Agenda ini mekanismenya dimulai dari ”perenungan secara mendalam terhadap masalah-masalah mendasar yang dihadapi oleh umat.” Setelah dilakukan secara serius langkah ini menghasilkan ”penemuan konsep pemikiran-pemikiran strategis.” Jika ini mampu dilakukan maka langkah selanjutnya adalah ”upaya menumbuhkan keberanian menyampaikan temuan pemikiran secara mandiri dan bertanggungjawab.” Puncak dari langkah ini adalah ”semangat mengatasi problem-problem yang dihadapi umat.”37Ketujuh, mengubah tradisi mengekspresikan pikiran secara lisan menjadi tradisi tulis. Tradisi tulis adalah tradisi masyarakat maju. Parameter kualitas ilmuwan adalah tulisan, bukan pidato. Adapun tahapan yang ditempuh diawali dengan ”menentukan tema tulisan,” lalu ”mencari data teoritis dan empiris.” Setelah terpenuhi maka biasanya akan ”merangsang timbulnya gagasan dan mengidentikasinya,” untuk kemudian ”melakukan pengelompokkan clustering data dan gagasan”, lalu ”mengekspresikan data dan gagasan tersebut dalam bentuk tulisan.” Dua langkah terakhir adalah ”mencermati ulang” dan ”melakukan revisi”.38 Kedelapan, mengubah tradisi menyampaikan pemikiran orang lain 36 Ibid., h. Ibid., h. Ibid., h. 243-244. 222 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................menjadi tradisi menyampaikan pemikiran sendiri. Untuk merealisasikan gagasan ini, beberapa langkah yang dapat ditempuh adalah, ”semangat mengejar ketinggalan dari orang-orang Barat,” lalu diikuti dengan langkah ”usaha mengukur kualitas pemikiran dan penelitian mereka,” kemudian memiliki ”semangat menandingi mereka,” lalu ”semangat melakukan pendalaman pemikiran dan penelitian,” setelah itu ”semangat berargumentasi secara ilmiah,” dan diakhiri dengan ”semangat menawarkan alternatif-alternatif pemikiran paradigmatik”.39 Kesembilan, mengembangkan sosialisasi pemikiran dari skala lokal-nasional menjadi skala internasional. Mekanismenya adalah ”menyusun tulisan yang berkualitas internasional,” lalu ”menggunakan bahasa Inggris atau Arab”, kemudian ”mencari penerbit yang bersedia menerbitkan di penerbit luar negeri”, kemudian ”pelaksanaan penerbitan” dan diakhiri dengan ”pendistribusian secara internasional”.40KesimpulanDalam perkembangannya, ilmu pengetahuan membutuhkan usaha dan strategi yang tepat. Tanpa usaha serius dan sistematis, ilmu pengetahuan hanya akan menjadi milik kaum elit yang tidak berperan signikan dalam memajukan kehidupan. Pada titik inilah, ilmuwan dituntut sebagai gur kunci menjadi penentunya. Dalam menjalankan tugasnya, ilmuwan harus melandaskan diri pada etika. Tanpa mempertimbangkan aspek etika, seorang ilmuwan bisa terjatuh pada perilaku tidak terpuji. Ia bisa saja mengorbankan ilmu pengetahuan yang dikuasainya untuk kepentingan pragmatis. Adanya etika menjadi penanda agar aspek kemanusiaan menjadi prioritas penting dalam pengembangan ilmu juga menjadi kunci penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Tanpa strategi yang tepat ilmu pengetahuan tidak 39 Ibid., h. Ibid., h. 246-247. EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 223Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................akan mampu bertransformasi secara praktis dalam konteks kemajuan masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Pada titik inilah, ilmuwan harus melakukan berbagai terobosan agar ilmu pengetahuan bukan hanya milik mereka, tetapi juga milik masyarakat luas. 224 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................Daftar PustakaAbdullah, M. Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif, Yogyakarta Pustaka Pelajar, Adi, Richard Rorty, Jakarta Teraju, Afan, ”Modernitas dan Islam Dua Kutub yang Bertentangan?”, dalam Ahmad Syai Maarif eds., Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Cet. 4, Yogyakarta Sipress, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta Liberty, Muhammad AS., Demokrasi dan Civil Society, Cet. 2, Jakarta LP3ES, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta Rajawali Pers, Wang Xiang, China Membeli Dunia, Yogyakarta Pustaka Solomon, 2010. Kadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, terj. Hasan Basri, Jakarta Yayasan Obor Indonesia, Yudi, Masa Lalu yang Membunuh Masa Depan, Bandung Mizan, Revolusi Pancasila, Bandung Mizan, Islam Dinamis Islam Harmonis, Lokalitas Pluralisme Terorisme, Yogyakarta LKiS, Armahedi, Islam Masa Depan, Bandung Pustaka, Rizal dan Munir, Misnal, Filsafat Ilmu, Yogyakarta Pustaka Pelajar, Mujamil, Merintis Kejayaan Islam Kedua, Merombak Pemikiran dan Mengembangkan Aksi, Yogyakarta Teras, Dagobert D., Dictionary of Philosophy, New Jersey Littleeld, Adam & Co, Totowa, A. Khudori, ”Mencermati Gagasan Islamisasi Ilmu Faruqi,” Jurnal El-Harakah, Edisi 57, Tahun XXII, Desember 2001-Februari Pembangunan dan Kebebasan, Jakarta LP3ES, Th., “Kebebasan dan Para Cendekiawan,” dalam Akhmad Fikri AF eds., Anarki Kepatuhan, Yogyakarta LKiS, Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Persoalan Eksistensi dan EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 ж 225Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi.................Hakikat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta Ar-Ruzz Media, 2008. Suseno, Franz Magnis, Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Cet. 5 Jakarta Gramedia, 1999. Suriasumantri, Jujun S., Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik, Jakarta Gramedia, 1986. Sya’ie, Imam, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Alquran, Telaah dan Pendekatan Filsafat Ilmu, Yogyakarta UII Press, Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, M., “Pengembangan Sumber Daya Manusia PTIS dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Tahap Kedua,” dalam Azwar Anas, dkk, Kompetensi Perguruan Tinggi Islam Swasta dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua, Yogyakarta Tiara Wacana, 1993. 226 ж EpistemĂ©, Vol. 10, No. 1, Juni 2015Maftukhin Ilmuwan, Etika dan Strategi................. ... Sewajarnya, kemajuan teknologi ini menggalakkan pembelajaran kendiri yang membantu mahasiswa untuk membangunkan personaliti diri melalui pembacaan dan pencarian bahan rujukan ilmiah Abdullah 2004;Maria et al. 2011. Namun dalam keghairahan mengejar keperluan revolusi industri ini, perkara yang perlu diambil perhatian juga adalah kesan negatif teknologi terhadap manusia seperti kebergantungan kepada teknologi Maftukhin, 2015, lemah daya tumpuan, pengurangan peranan modal insan serta perubahan dalam keperluan pendidikan, cara hidup dan berinteraksi Ali et al. 2017. Perkara ini lebih rumit apabilalambakan maklumat mengundang kekeliruan dalam masyarakat kerana lemah dalam menganalisis Mohd Farid, 2016. ...... Tambahan pula, membaca merupakan asas penting dalam menghasilkan penulisan ilmiah yang bermutu. Ia adalah kemahiran yang mesti ada pada pelajar institut pengajian tinggi Pineteh, 2014;Chokwe, 2013 dan para ilmuwan Abu Hassan 2006;Fairbairn & Fairbairn 2011;Maftukhin 2015 bagi membolehkan idea dan pemikiran diekspresikan melalui penulisan yang berkualiti. Selain itu, peranan motivasi intrinsik dalam cinta ilmu juga perlu dicambahkan kerana tindakan seseorang adalah bergantung kepada dorongan dalaman di samping faktor luaran. ...... Justeru, dorongan untuk mencintai ilmu turut mempunyai hubungan dengan keperibadian ummah cemerlang yang terdiri daripada ibadah, akidah dan akhlak. Ini menepati peranan ilmu sebagai wasilah dalam membangunkan keluhuran nilai-nilai kemanusiaan Maftukhin 2015. Mereka yang benar-benar mencintai ilmu sentiasa berusaha mencari makna dalam setiap ilmu yang dipelajari Bain 2012. ...Kemajuan teknologi hari ini merupakan sebahagian daripada kesan Revolusi Industri yang melibatkan perubahan dalam pelbagai aspek hidup manusia termasuk keilmuan dan keperibadian. Mahasiswa Muslim hari ini perlu dilengkapkan dengan ilmu dan kemahiran yang sesuai bagi menghadapi cabaran revolusi ini. Di samping itu, keperibadian ummah cemerlang yang berdaya saing perlu dibangunkan agar mampu memanfaatkan perkembangan ini selaku khalifah. Kajian ini bertujuan untuk menjalankan Analisis Penerokaan Faktor EFA dan Analisis Pengesahan Faktor CFAbagi menguji kesesuaian pemboleh ubah Instrumen Cinta Ilmu dan Keperibadian Ummah Cemerlang. Satu set soal selidik diedarkan kepada 415 mahasiswa Muslim dan dianalisis menggunakan ujian analisis pengesahan faktor CFA dengan bantuan perisisan AMOS Merujuk kepada modifikasi dan nilai goodness of-fit, didapati nilai fit indices adalah lebih baik setelah melalui beberapa proses perubahan. Selain itu, ujian kesahan dan kebolehpercayaan turut dilakukan terhadap model pengukuran ini. Hasil kajian menunjukkan bahawa model pengukuran cinta ilmu yang sah terdiri daripada enam pembolehubah iaitu cinta pembacaan dan motivasi intrinsik yang mewakili cinta ilmu serta ibadah, akidah, akhlak terhadap keluarga dan akhlak terhadap masyarakat yang mewakili keperibadian ummah cemerlang. Analisis ini menunjukkan terdapat hubungan antara cinta ilmu dengan keperibadian ummah cemerlang. Maka, kajian ini mengetengahkan keperluan masyarakat dan universiti untuk memberi perhatian kepada usaha menyuburkan budaya ilmu mahasiswa dan mengembangkannya supaya nilai-nilai murni ini tidak terhad kepada manfaat individu sahaja tetapi juga orang lain.... Etika ini harus diajarkan dalam pembelajaran biologi dan diterapkan dalam kegiatan praktikum dengan harapan dapat melatih akademisi sebagai calon peneliti bidang biologi untuk menerapkan prinsip etika dalam seluruh aktivitas penelitiannya. Peneliti penting menerapkan prinsip etika dalam seluruh aktivitas penelitian biologi agar dapat menghasilkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk manusia tanpa merugikan makhluk hidup lain dan lingkungan sekitar Maftukhin, 2015;Sya'roni, 2014. ...Novatul Labibah Abdul Rasyid Fakhrun GaniIrine NiandariAndi Basliahwanti MurtiThis study aims to analyze the role of basic ethical principles and codes of ethics in biological research using human and animal subjects, so that academics are expected to understand and apply ethics in their research through biology learning. This study uses qualitative methods through the stages of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results show that biological research with human subjects must apply three basic ethical principles including autonomy, generosity, and justice. Three ethical principles that must be applied in biological research with experimental animal subjects are replacement, reduction, and refinement. Thus, the role of ethics in biological research is to regulate researchers in carrying out research regarding what to do, what can and cannot be done through a code of ethics in the form of honesty, integrity, thoroughness, openness, respect for intellectual rights, confidentiality, responsibility for publications, mentoring responsibility, social responsibility, non-discrimination, competence, and legality. Biological research ethics needs to be taught in biology learning so that academics as prospective researchers can understand and comply with them, so that their findings avoid ethical problems that harm humans, animals or the environment.... Jurnal dipakai sebagai ajang untuk mempublikasikan hasil penelitian pada kajian keilmuan tertentu spesifik dan dalam rangka pengembangan keilmuan tersebut. Sedikit kontraproduktif dengan hasil penelitian Maftukhin 2015, yaitu bahwa salah satu strategi yang bisa dipakai dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah dengan relasi antar ilmu yang berarti mempersyaratkan adanya keluasan cakupan keilmuan. ...This study aims to map educational management studies in Indonesia, which includes the mapping of educational management studies in state and private colleges; as well as the comparison between the number of scientific journals and the number of educational management study programs from all levels of higher education in Indonesia. This study employed quantitative research methods and its data sources were originated from documents available on the website of Sinta Kemenristek/BRIN. The data were analyzed by employing descriptive statistics and explained by using descriptive narrations. The results show that there are 48 subjects of educational management studies in Indonesia and there are 299 authors who conduct studies on these subjects. These studies were published by 24 scientific journals. The subjects of educational management and Islamic educational management studies have the most sub-studies compared to other study subjects, including 12 sub-studies offered by these scientific journals. Moreover, there are 7 scientific journals owned by private Islamic colleges, 6 scientific journals owned by state colleges, 2 scientific journals owned by private colleges, and 1 scientific journals owned by a scientific community. Keywords Educational management; mapping scientific journals Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kajian manajemen pendidikan di Indonesia, yang mencakup pemetaan kajian manajemen pendidikan di PTN dan PTS; serta perbandingan antara jumlah jurnal dengan jumlah program studi manajemen pendidikan dari semua jenjang pendidikan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan sumber data dari dokumen di website sinta Kemenristek/BRIN. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, dan dijelaskan dengan menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan subyek kajian manajemen pendidikan di Indonesia tercatat sejumlah 48 dan terdapat 299 orang penulis yang mengkajinya. Terwadahi dalam jurnal yang berjumlah 24 jurnal. Subyek kajian Education Management/Islamic Education Management juga paling banyak memiliki sub kajian dibandingkan subyek kajian lainnya yaitu memiliki 12 sub kajian yang ditawarkan oleh jurnal. Jurnal terbanyak dimiliki oleh PTKIN yaitu 8 jurnal dan PTKIS dengan 7 jurnal, selebihnya 6 jurnal dari PTN, 2 jurnal dari PTS dan 1 jurnal dari komunitas keilmuan. Kata kunci Peta kajian jurnal; manajemen pendidikan... There are a lot of types of non-scientific knowledge in Java Island influenced by traditional beliefs. Maftukhin 2015 explained that scientific knowledge has clear boundaries with modern knowledge, not all indigenous knowledge in society could be studied scientifically. This study reinforces the importance of mastering the basic concepts of scientific knowledge for prospective teachers who planned to transform traditional knowledge into scientific knowledge. ...The research explores the indigenous knowledge of Java north coast community in Java Island, Indonesia. The research is carried out with prospective science teachers employing the Science Integrated Learning SIL model. The method adopted is descriptive research. The correlation test resulted in the sig. value Due to the secular paradigm, modern Western knowledge becomes dry, even apart from the monotheistic or theological values. Consequently, modern science sees nature and man as mere material and incidental existence without God's interference, so that it can be exploited without calculation. This paper reviews the idea of Faruqi bringing together the secular and Western paradigm in the birth of modern monotheistic scholarship. The Islamization program of Faruqi science emphasizes on the total overhaul of western social science because it is considered Eurocentric. The steps of Islamization of the given science and its criticism of the reality of Islamic education is a major contribution to the reform of the Islamic education system. The ideas that need to be conveyed are first, the relevance of Islam in every field of science. Second, the principle of the unity of truth and knowledge. Thirdly, objective criteria in providing an epistemological basis for the natural and social sciences today are mistaken. Fourth, the discipline of science is not regulated and appears immediately Akibat paradigma yang sekuler, pengetahuan modern Barat menjadi kering, bahkan terpisah dari nilai-nilai tauhid atau teologis. Akibatnya, sains modern melihat alam dan manusia hanya sebagai material dan insidental yang eksis tanpa interfensi Tuhan, sehingga ia bisa dieksploitir tanpa perhitungan. Tulisan ini mengulas gagasan Faruqi mempertemukan paradigma sekuler dan Barat dalam melahirkan keilmuan modern yang bertauhid. Program Islamisasi ilmu Faruqi menekankan perombakan total atas keilmuan sosial barat karena dianggap bersifat Eurosentris. Langkah-langkah Islamisasi ilmu yang diberikan dan kritiknya terhadap realitas pendidikan Islam merupakan sumbangan besar bagi perombakan sistem pendidikan Islam. Gagasan yang perlu di sampaikan adalah pertama, relevansi Islam di setiap bidang ilmu pengetahuan. Kedua, prinsip kesatuan kebenaran dan pengetahuan. Ketiga , kriteria objektif dalam memberikan basis epistemologi bagi ilmu alam dan sosial saat ini dirasa keliru. Keempa t, disiplin ilmu tidak diatur dan muncul serta merta. . 159 217 298 113 477 458 266 458

perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan