Tulisanini ditujukan adalah untuk memetakan karier perempuan dilihat dari aspek efikasi diri, etos kerja Islam dan kinerja pada karyawan perempuan, serta bagaimana performansi yang dicapai dalam hal etos kerja dan kinerja. Guna menjawab tujuan ini, digunakan metode penelitian yang dapat memberikan panduan cara memperoleh jawaban. Penelitian dalam permasalahan ini merupakan penelitian Kali ini kita akan mengambil bahasan memantaskan diri. Tetapi memantaskan diri bukan dalam lingkup kecil perihal jodoh semata tetapi dalam lingkup besar. Kenapa blogsadli membahas tentang lingkup besarnya? kan biasanya bahas soal jodoh tuh. Karena memang hidup ini bukan soal jodoh kita tidak pernah tahu siapa jodoh kita apakah kita berjodoh sebagai pengantin dunia ataukah maut lebih dulu menyapa. Rasulallah Saw. pernah bersabda, "Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang mau bertaubat." Tirmizi Memantaskan Diri Karena Allah Kita semua tahu, bahkan sama-sama tahu bahwasanya setiap insan manusia anak keturuna Adam adalah mahluk yang tidak luput dari salah, khilaf dan dosa. Dan setiap apa yang kita lakukan pasti akan ada konsekuensinya cepat atau lambat. Cuaca yang panasanya hanya membakar kulit saja kita sudah tak mampu menahannya, lantas apakah kita akan sanggup untuk menahan panasanya api kita hari ini bermuhasabah diri, sejauh mana taubat kita, sejauh mana tindakan kita selama ini, adakah kita pernah menyakita banyak orang, ataukah kita menyakiti diri kita sendiri. Sahabat Umar bin Khattab pernah berpesan, "koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah dengan amal shalih untuk pagelaran agung pada hari kiamat kelak". Jangan pernah menganggap diri kita lebih baik dari orang lain, tetapi tetaplah merasa terburuk. Karena hal itu akan menjadi motivasi kita menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya. Jika kita terlihat baik, maka itu hanya karena Allah berbaik hati menutup aib kita. Andaikan saja dosa dan kesalahan kita nampak, sungguh kita sendiri tidak akan tahan melihat dosa dan kesalahan dari itu sahabat fillah, teruslah beruat baik dan menjadi baik. Memantaskan Diri Demi Jodoh Memantaskan diri demi jodoh. Ungkapan ini menjadi viral ketika pemuda-pemudi Islam mulai menjadi BAPER cepat terbawa perasaan, singgung sedikit mengenai nikah muda langsung baper. Apa penyebabnya hingga mudah baper seperti demikian? Karena terkadang kita sering sekali caper cari perhatian. Oleh karenanya sahabat Jangan Caper Agar Tak Baper. Dalam persoalan memperbaiki diri demi jodoh, tidak sedikit diantara kita berupaya sekuat tenaga, berusaha mati-matian demi mendapatkan seseorang yang baik sebagai pasangan hidupnya. Sampai kadang kita terlalu memaksa, hingga lupa bahwa ada Allah Swt. sebagai Dzat Yang Maha Menentukan. Kita berusaha mengejar calon yang diinginkan, meminta ia menjadi jodoh kita, berharap agar lamarannya diterima dan menikah dengannya. Namun hanya sebagian kecil dari kita yang berupaya memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik. Kita terlalu sibuk mencari, namun lupa memperbaiki diri. Lupa bahwa jodoh itu adalah soal pilihan mendapatkan yang terbaik atau menjadikan diri kita sebagai pilihan terbaik. Kita lupa bahwa ia yang baik diciptakan untuk ia yang baik dan begitu pula sebaliknya. Sahabat, sangat penting bagi kita untuk lebih banyak bercermin dan melihat dalam diri kita "sudahkah pantas diri kita mendapatkan apa yang kita harapkan", atau malah kita jauh dari kata pantas. Jika ingin menjemput ia yang terbaik maka persipakan diri kita untuk menjemputnya dalam kondisi terbaik. Kita ingin selamat di dunia dan akhirat, lantas sudah sejauh mana usaha kita untuk mendapatkan keselamatan itu. Kita berharap mendapatkan ia yang terbaik, lalu sebesar apa usaha kita untuk menjemputnya. Jemput ia dalam setiap do'amu, karena obat rindu paling mujarab adalah untaian doa. Jangan terlalu terpaku soal bagaimana jodoh kita nanti, tetapi pikirkanlah bagaimana nasib kita nati ketika maut menjemput. Marilah kita sama-sama terus berupaya untuk memantaskan diri di hadapan Allah Swt. Lalu berlomba-lomba untuk mendapatkan ridha-Nya, meraih surga-Nya kelak. Semoga artikel ini menjadi renungan untuk kita semua dan terus berupaya menjadi yang terbaik sehingga pantas kita mendapatkan yang terbaik. Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat. Salam Literasi dan Salam Perubahan Bersibukmemantaskan diri karena jodoh, bukan lagi karena Allah. Terbakar semangat menikah, tanpa menyadari niat berbelok, tak lagi untuk ibadah. Mulai gelisah menapaki pencarian, mengabaikan penguatan ketaatan dalam kesendirian. Berharap diri tak keliru menyandarkan harapan, pada yang tak seharusnya. Berharap hati tak dilabuhkan, pada
Bertahun-tahun yang lalu, istilah “memantaskan diri” menjadi sebuah primadona. Kalimatnya berbau romantis sekaligus sakral, merujuk pada usaha keras memperjuangkan sebuah hubungan salah satu caranya dengan memperbaiki diri sendiri. Karena katanya orang yang baik akan bersama orang yang baik pula. Jadi, aku pun mulai melakukan banyak perbaikan besar. Jadi senang masak, karena katanya c0wok suka cewek yang bisa masak, dan lain sebagainya. Hingga akhirnya aku sadar suatu harus mengubah diri sendiri agar bisa diterima oleh orang lain? Bukankah, semestinya kita mengubah diri agar bisa diterima oleh diri sendiri? Mengapa harus membuang kebiasaan-kebiasaan buruk agar tidak ditinggalkan pasangan? Bukankah semestinya hal-hal buruk itu ditinggalkan agar kita menjadi lebih baik untuk diri sendiri? Ternyata selama ini aku memaknai kalimat itu dengan keliru. Memantaskan diri, semestinya bukan untuk siapa pun pasanganku nanti, melainkan untuk diriku sendiri. Apa bedanya? Banyak aku memaknai memantaskan diri sebagai upaya menjadi “layak” untuk pasangan. Hingga aku berusaha “mencari” dari luarDulu tujuanku memantaskan diri adalah supaya disegerakan jodohnya. Agar aku tak lagi-lagi mengalami sakitnya patah hati. Karenanya, tanpa sadar aku menjadikan diriku objek untuk sebuah standar dari luar. Aku jadi terpaku pada apa yang diinginkan oleh pasanganku. Perempuan seperti apa sih yang dia suka? Hobi apa yang membuat nilaiku di matanya bertambah? Sikap apa yang harus kupunya supaya dia semakin sayang? Dia suka sama selebgram ini, oh, berarti aku harus menjadi seperti si selebgram. Aku selalu bertanya apa yang membuatnya nyaman, sampai aku lupa bertanya pada diriku sendiri apa yang membuatku konten menarik seputar mencintai diri sendiri Beragam Rumus Self Love dari Podcast. Pengingat Betapa Berharganya DirimuSemestinya aku mencari dari dalam diriku. Sebab mengikuti standar dari luar itu melelahkanPadahal seharusnya kucari dalam diriku sendiri Photo by Elina Sazonova via Mungkin nggak pernah ada definisi yang mutlak untuk sebuah kata “pantas”. Sebab yang pantas pagi A, belum tentu pantas bagi B dan C. Oleh karena itu, sebuah kesalahan bila aku mencari referensi kepantasan diri dari luar diriku. Mungkin itulah yang membuat proses ini terasa sangat melelahkan. Sebab mengikuti standar dari orang lain itu berat. Karena aku ingin menjadi seseorang yang pantas untuknya maka aku pun mati-matian mengikuti “seleranya”. Kuabaikan semua potensi diri sendiri dan menjadi seseorang yang dia mau. Ah, lelah sekali rasanya menjadi seseorang yang bukan ketika kabar baik tak datang juga, aku sibuk menyalahkan diri sendiri. Apa diri ini memang tak layak dicintai?ketika gagal jadi menyalahkan diri sendiri Photo by Tomas Williams via Segalanya memburuk ketika apa yang kuharapkan tak sejalan dengan kenyataan. Apa yang kuperjuangkan ternyata harus direlakan. Apa yang mati-matian kupertahankan ternyata harus dilepaskan. Ketika hal ini terjadi, aku justru menyalahkan diriku sendiri. Dalam benakku yang polos ini, percaya bahwa dia pergi karena ada sesuatu yang salah dari diriku. Sesuatu yang membuatku nggak layak untuk dicintai. Apakah aku memang kurang pantas untuk diperjuangkan sepenuh hati?Kini aku mengerti bahwa “memantaskan diri” yang sesungguhnya bukan untuk orang lain melainkan diriku sendirimemantaskan diri untuk diri sendiri Photo by visionPic via Sesal dan geli itu selalu datang setiap aku mengingat kebodohan di masa lalu. Pemahaman yang salah atas konsep memantaskan diri itu ternyata punya dampak yang begitu besar. Setelah bercak-bercak hitam dalam perjalanan hubungan, kini aku mengerti satu hal. Memantaskan diri yang digembor-gemborkan itu semestinya bukan untuk orang lain. Bukan pacarku saat ini, atau siapa pun jodohku nanti. Satu-satunya yang layak menerima hasil akhir dari upaya meningkatkan kualitas diri ini … ya diriku sendiri. Penentu standar pantas dan nggak pantas itu juga diriku membenahi diri bukan agar layak dicintai orang lain, melainkan agar aku bisa mencintai diriku sendiriagar bisa mencintai diri sendiri Photo by Leah Kelley from Pexels via Mudahnya begini. Bagaimana aku bisa berharap seseorang mencintai dan memperjuangkanku sampai akhir, bila aku nggak bisa mencintai diriku sendiri? Bagaimana orang bisa menghargai setiap potensi dalam diriku ini bila aku sendiri nggak bisa menghargainya sendiri? Sebelum aku melaju ke mana-mana, semestinya kubenahi diri ini untuk diriku sendiri. Aku menuntut diriku sendiri untuk begini dan begitu, agar aku tidak lagi menatap cermin dengan sebuah pertanyaan sesal “kenapa aku begini?” yang menggelanyuti aku sadar bahwa sosok yang bisa kucintai ini, akan mudah dicintai pula oleh orang lainmudah pula dicintai orang lain Photo by Priscilla Du Preez via Mengapa menjadi sosok yang bisa dicintai oleh diri sendiri ini penting? Karena dengan begitu, aku bisa meraih mimpi-mimpiku. Aku berani dan memercayai diriku sendiri untuk mencoba hal-hal baru dan berkembang. Aku mengizinkan diriku sendiri untuk terus belajar sehingga diri ini kaya dengan ilmu. Aku memberi hak seluas-luasnya kepada diriku sendiri untuk menemukan potensi dan mengubahnya menjadi prestasi. Aku memberi kesempatan pada diriku untuk berkenalan dengan banyak orang dan tak gentar menjalin relasi. Diri yang seperti itu, bukankah mudah juga dicintai oleh orang lain?Memantaskan diri agar bisa dicintai oleh orang lain itu sangat melelahkan dan membuatmu terombang-ambing dalam ketidakpastian. Sebab apa yang pantas untuk A dan B belum tentu sama. Tetapi, memantaskan diri agar dicintai oleh dirimu sendiri lebih mudah dan efeknya bertahan untuk jangka panjang. Bonusnya, kepercayaan diri dan kenyamanan atas diri sendiri itu membuatmu bisa menjadi sosok yang lovable dan mudah dicintai. Aku, sih, pilih yang kedua. Kalau kamu?
Dalammasa penantian ini pun bisa diisi dengan memperbaiki dan memantaskan diri agar mendapatkan jodoh yang terbaik. Karena pada dasarnya jodoh adalah cerminan diri. Mencari jodoh dalam Islam bisa dimulai dengan memperbaiki dan memantaskan diri. Karena wanita yang baik untuk laki - laki yang baik. Wanita yang keji untuk laki - laki yang keji.
Memantaskan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT terbuka lebar bagi siapa saja yang menghendakinya. Proses memantaskan diri tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tentu terdapat hal-hal yang harus diperjuangkan dan butuh waktu dalam mengambil keputusan. Inilah yang menjadi tema dalam Inspiring Talkshow yang juga menjadi salah satu rangkaian acara Wonderful Muharram Fest. Acara yang diselenggarakan oleh Takmir Masjid Ulil Albab UII bekerjasama dengan Big Bang Center for Medical Islamic Activities ini mengangkat topik “Memantaskan Diri tak Semudah Bermimpi” dengan menghadirkan pembicara Anandito Dwis dan Anisa Rahma. Keduanya merupakan public figure yang digemari oleh masyarakat luas khususnya para remaja. Kehadiran mereka menarik minat para mahasiswa, sehingga Masjid Ulil Albab tempat terselenggaranya Talkshow pada Hari Sabtu 21/9 sangat ramai dipenuhi jamaah. Kedua pasangan itu bertutur tentang proses hijrah yang mereka lalui. Dito, sapaaan akrab suami dari Anisa ini menyampaikan tentu ada masa kenakalan pada setiap orang saat remaja. Memilih teman bergaul sangatlah penting, sebab lingkungan dapat menjadi faktor pembentuk karakter seseorang. Di masa kuliahnya, Dito mencoba untuk bergaul dengan teman-teman yang dapat mendukung proses pemantasan dirinya. “Seseorang dapat dilihat agamanya dengan melihat agama teman-temanya,” ucap Dito. Berbeda dengan kisah hijrah yang dialami oleh Anisa. Panggilan untuk berhijrah ia alami ketika masih dalam dunia hiburan. Keputusan untuk berhijrah menggunakan hijab ia tempuh dengan berfikir matang. Ketika itu, terbersit dalam dirinya rasa takut kehilangan pekerjaan dan popularitasnya akan menurun setelah berhijrah. Namun, Anisa membulatkan tekat untuk tetap berhijrah. Anisa menuturkan bahwa hal terberat dalam menjalankan hijrah adalah istiqomah. Maka dari itu mengikuti kegiatan kajian merupakan salah satu langkah untuk menjaga keistiqomahannya, karena dengan begitu lingkungan akan mendukung proses berhijrah. Anisa juga menambahkan, ketika niat diluruskan hanya karena Allah maka rezeki akan dimudahkan oleh- Nya. Kisah keduanya menjadi inspirasi bagi jamaah yang didominasi oleh para mahasiswa. Hijrah yang dijalani keduanya menjadi jalan atas pertemuan mereka. Keduanya juga bercerita tentang kisah cinta mereka hingga menjadi pasangan suami istri. Memantaskan diri ke hal yang baik akan menarik hal-hal baik lainnya termasuk urusan jodoh, begitulah pesan yang tersirat dalam kisah yang mereka tuturkan. NR/ESP
ALLAHPUTUSKAN RASA BERJASA DALAM DIRI PARA SAHABAT - Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah MAChannel medis tv adalah channel yang memberikan video kajian islam,
“Capek Kuliah, Pengen Nikah ajah”, “Capek kerja, pengen nikah ajah”. Kata-kata ini sering kita dengarkan atau bahkan kita sendiri mengucapkan ketika sudah lelah dengan aktivitas perkuliahan; tugas-tugas dari dosen yang menumpuk; dan banyak masalah atau kerjaan dari kantor. Seakan akan setelah menikah semua masalah akan selesai dan berakhir dengan pernikahan. Salah satu yang memicu hal ini ialah romantisasi pasangan suami istri di sosial media atau para selebgram yang memamerkan kemesraan bersama pasangannya sehingga ada stereotip “couple goals” yang didefinisikan oleh masing-masing muda-mudi saat ini. Hal ini memicu banyak anak muda yang dengan mudah ingin menyelesaikan masalahnya dengan menikah tanpa mengetahui hakikat dari pernikahan. * Pernikahan merupakan hal yang sakral dan suci sehingga dalam Al-Qur’an disebut mi tsaqan ghali zan atau perjanjian yang kokoh. Ketika ada keinginan dari dalam diri untuk menikah baiknya bagi calon suami dan istri untuk memantaskan diri bukan hanya mempersiapkan pernikahan. Mempersiapkan pernikahan lebih kepada mengulik-ulik tentang vendor pernikahan untuk mewujudkan “wedding dream”, MUA make up artist siapa yang akan digunakan, fotografer pernikahan, souvenir, dan perintilan nikahan lainnya. Sedangkan memantaskan diri lebih kepada persiapan secara lahir dan batin sebelum memasuki bahtera rumah tangga. Memantaskan diri bisa menjadi salah satu usaha untuk menjemput jodoh. Memantaskan diri sangat bisa dimulai sebelum kita bertemu dengan jodoh kita. Firman Allah dalam An-Nur ayat 26 yang berarti “Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula”. Dari ayat ini meyakinkan kita bahwa Allah Swt pasti memberikan pasangan yang setara dengan diri kita sendiri. Jika seorang laki-laki menginginkan calon pendamping hidupnya ialah seorang yang ahli Qur’an berarti ia juga sudah berusaha menjadi seorang ahli Qur’an. Jika seorang perempuan menginginkan calon pasangan hidup yang berwawasan luas, berarti ia juga sedang berusaha untuk memperluas wawasannya. Sehingga untuk menikah bukan hanya melengkapi syarat dan rukun nikah tetapi dari jauh sebelumnya telah memantaskan diri untuk menikah. Langkah Memantaskan Diri Sebelum Menikah Pertama, dimulai dari memahami diri sendiri. Sebelum ada orang lain yang ingin kita pahami, cintai, dan sayangi yatu seorang suami. Hendaknya kita memahami diri sendiri terlebih dahulu. Menurut Koentjoro, memahami diri sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga dapat melakukan respon yang tepat terhadap tuntutan yang muncul dari dalam diri maupun dari luar. Beberapa orang dapat mengenali dirinya dengan baik, namun bagi sebagian yang lain belum mengetahui dan memahami dirinya. Salah satu Teknik untuk mengenali diri sendiri digagas oleh Joseph Luft dan Harrington Ingham dengan mengembangkan konsep Johari Window dengan membagi diri menjadi 4 bagian. Empat bagian tersebut yaitu bagian publik public area ialah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain; bagian buta blind area ialah bagian yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui dirinya; bagian tersembunyi hidden area ialah bagian yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui orang lain; dan bagian yang tidak disadari unconscious area ialah bagian yang tidak diketahui baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Tetapi ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul. Kedua, memantaskan persiapan mental dan mengelola emosi. Setelah menikah yang dihadapi bukan hanya suami melainkan beserta keluarganya. Akan banyak sekali watak orang yang kita temui dalam diri suami maupun keluarganya yang mungkin saja akan menguras emosi. Setidaknya dengan mempersiapkan dan belajar mengelola emosi sebelum menikah kita mengetahui bagaimana cara diri kita menyikapi suatu masalah, bagaimana cara self healing ketika menghadapi suatu masalah dalam rumah tangga. Ketiga, memantaskan ilmu. Sebelum menikah tidak ada salahnya kita mulai membaca ilmu ilmu dalam pernikahan, ilmu parenting, manajemen konflik dalam rumah tangga, edukasi tentang seks. Di tengah dunia yang serba canggih, ilmu pun bisa diakses dengan gratis melalui tayangan youtube, kajian-kajian virtual, dan ebook parenting yang tersedia di perpustakaan online. Setidaknya mempunyai bekal lebih baik daripada tidak ada bekal sama sekali. Dengan begitu, para calon suami dan istri sudah memiliki gambaran hal-hal apa saja yang terjadi di dalam rumah tangga. Keempat, persiapan keterampilan dasar. Berumah tangga bukan hanya pemenuhan kebutuhan biologis saja. Akan tetapi di dalamnya dibutuhkan kerja sama berbagi peran antara suami dan istri. Setidaknya untuk para calon suami dan istri sudah memiliki keterampilan dasar sehingga kerja sama dapat terwujud antara keduanya. Keterampilan dasar yang dimaksud seperti memasak. Memasak jangan diartikan sebagai memasak opor ayam, gulai, rendang, dan masakan yang penuh dengan rempah-rempah lainnya. Dimulai dari belajar memasak untuk hal-hal yang sederhana seperti memasak air, menggoreng atau merebus telur, menanak nasi, atau bahkan memasak mie instan. Hal ini bisa menjadi skill bertahan hidup ketika mengarungi bahtera rumah tangga. Selain itu mencuci pakaian sendiri, bersih-bersih rumah atau kamar, menjahit dan lain sebagainya. * Memantaskan diri dengan mempersiapkan diri lahir dan batin juga termasuk salah satu ikhtiar untuk menjemput jodoh. Quraish Shihab juga mengatakan bahwa jodoh itu perlu dijemput tetapi dengan memperhatikan batasan-batasan yang ditetapkan oleh agama dan budaya. Di samping berusaha memantaskan diri dengan melakukan berbagai macam persiapan di atas, tetap tak luput diselingi dengan senjata terbaik bagi seorang muslim yaitu doa. Salah satunya dengan doa “Rabbana hablana min azwajina wa zurriyyatina qurrata a’yun wa ja’alna lilmuttaqi na imama” Artinya, “Ya Tuhan kami, anugerakanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” Sehingga tidak perlu menjadi beban apabila jodoh belum nampak, mungkin Allah tahu kamu belum pantas sehingga Allah memberikan waktu kamu untuk memantaskan diri, sebelum Ia datangkan jodoh sesuai dengan yang kamu ikhtiarkan. Mahasiswi Magister Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang tertarik pada isu-isu hukum keluarga.

Memantaskandiri bisa menjadi salah satu usaha untuk menjemput jodoh. Memantaskan diri sangat bisa dimulai sebelum kita bertemu dengan jodoh kita. Firman Allah dalam Q.S An-Nur ayat 26 yang berarti "Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)".

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 6 Mac 2020 / 11 Rejab 1441H Sifat Mazmumah Ananiah - Mementingkan diri sendiri Sidang Jumaat yang dikasihi Allah, Marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar ketakwaan. Takwa yang memelihara akhlak dan peribadi kita dari sifat-sifat yang buruk lagi keji. Takwa yang mendekatkan kita kepada Allah serta memperbaiki hubungan kita sesama insan sehingga berjaya di dunia dan akhirat. Amin. Saudaraku, Sifat mazmumah bermaksud sifat-sifat buruk dan keji yang tidak seharusnya ada pada diri seorang Muslim yang beriman kepada Allah dan RasulNya. Rasulullah telah diutuskan oleh Allah untuk memperbaiki akhlak serta keperibadian manusia. Rasulullah mempunyai budi perkerti yang sangat mulia sepertimana yang terakam dalam firman Allah Yang bermaksud “Demi sesungguhnya, bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, bagi orang yang sentiasa mengharapkan keredaan Allah dan hari akhirat, serta ia pula menyebut dan mengingati Allah sebanyaknya.” Surah Al-Ahzab, ayat 21. Ayat ini bukan sahaja memuji ketinggian akhlak serta keperibadian Rasulullah bahkan Allah juga memerintahkan orang-orang yang beriman agar mencontohi serta menuruti jejak langkah Baginda Kaum Muslimin yang dirahmati Allah, Di antara sifat mazmumah yang perlu kita jauhi adalah sifat ananiah. Ia mengakibatkan seseorang untuk hanya memikirkan kepentingan serta kemaslahatan dirinya sendiri sahaja tanpa mempedulikan orang lain. Ia juga boleh membawa maksud seseorang yang taksub dengan pendirian serta pandangannya sendiri tanpa mengambil kira pandangan orang lain. Sikap ananiah ini amat berbahaya bagi umat manusia secara umumnya. Lebih-lebih lagi dengan meningkatnya kebergantungan hidup di antara kita di dunia hari ini. Oleh kerana ikatan ekonomi, sosial bahkan kesihatan yang menjalinkan manusia sejagat hari ini. Setiap langkah yang kita ambil itu pasti memberi kesan kepada kehidupan orang lain. Lihat sahaja bagaimana wabak ini merebak di sebahagian rantau kerana sikap seseorang yang enggan mengambil langkah berjaga-jaga. Sikapnya menolak permintaan petugas kesihatan untuk membuat pemeriksaan ke atasnya telah mengakibatkan penularan wabak yang amat meluas kepada orang di sekelilingnya. Inilah sifat mementingkan diri, serta pandangan sendiri sehingga tidak mengambil kira kesannya terhadap orang lain. Para Jemaah yang dikasihi, Bagi menangani sifat ananiah ini, kita harus berusaha untuk memupuk sikap ithar’ di dalam diri. Ithar bermaksud sikap mengutamakan keperluan orang melebihi dirinya sendiri. Dalam erti kata lain, seseorang yang berjiwa pemurah yang sentiasa menginginkan kebaikan bagi orang lain. Rasulullah bersabda yang bermaksud “Barangsiapa yang ingin diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga, maka hendaklah dia mati dalam keadaan dia beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Dia juga memperlakukan manusia sepertimana dia suka manusia melayaninya.” Hadis riwayat Imam Muslim. Inilah sikap yang perlu dimiliki setiap Muslim. Lebih-lebih lagi di dalam keadaan yang tidak menentu seperti sekarang ini. Sebagai contoh, ketika berbelanja, jangan kita biarkan sikap ingin memenuhi kepentingan diri sendiri secara melampau, mereka yang lebih memerlukan sesuatu barangan itu dinafikan. Mudah-mudahan berkat kita membangun sifat ithar dan menjauhi sifat ananiah ini, Allah akan memelihara kita, keluarga dan negara daripada sebarang bahaya, ancaman dan anasir keburukan di dunia dan akhirat. Semoga Allah menghapuskan sifat mazmumah di dalam diri kita dan menggantikannya dengan sifat-sifat yang mulia yang membawa kebaikan buat semua.

Menyalahkandiri dalam islam diartikan sebagai muhasabah atau intropeksi diri. Tindakan ini sangat penting untuk dilakukan setiap manusia dengan tujuan untuk memperbaiki sikap kedepannya. Selain itu, orang-orang yang gemar ber muhasabah hati di malam hari juga bisa memperoleh banyak kebaikan.

“Memantaskan Diri”Jangan sampai memantaskan diri untuk makhluk-Nya, sementara kita lupa kematian adalah hal yang jauh lebih pasti daripada kedatangan berhijrah untuk Allah dan Rasul-Nya maka yang kita tuju adalah keduanya. Ketika kita berhijrah untuk lelaki atau perempuan yang ingin dinikahi, kita hanya mendapatkan الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907Ibnul Aththor menjelaskan maksud penyebutan wanita tersebut setelah kalimat hijrah karena dunia ada dua makna1- Dilihat dari sebab disebutkannya hadits ini, yaitu ada seseorang yang berhijrah karena seorang wanita yang ingin dia nikahi. Wanita tersebut bernama Ummu Qois. Maka laki-laki yang berhijrah di sini disebut Muhajir Ummu Qois, yaitu orang yang berhijrah karena Ummu Penyebutan wanita adalah sesuatu yang khusus dari dunia yang umum yang disebut lebih dulu. Ini menunjukkan peringatan keras bagi yang niatannya keliru hanya untuk mengejar wanita saat sebab itu, hindarkan eksploitasi kalimat “memperbaiki diri untuk mendapatkan pasangan atau juga untuk seseorang”, memperbaiki diri itu untuk memantaskan diri di hadapan Allah, memantaskan diri agar pantas dicintai ikhtiar kita dalam memantaskan diri hanya agar dapat pasangan, ikhtiar kita terbatas, hanya untuk makhluk-Nya saja. Dan kita hanya akan mendapatkan apa yang kita niatkan. Namun jika ikhtiar memantaskan diri kita karena Allah, ikhtiar kita tidak akan mengenal batas, dan balasannya pun beda jangan salah niat, amalan baik seperti hijrah, janganlah diniatkan semata-mata untuk mengejar dunia dan terkhusus lelaki/wanita. Karena diterimanya amalan shaleh adalah jika niatannya ikhlas mengharap wajah Allah tidak untuk selain-Nya, dan disebut baik jika sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Allahu a'

. 468 60 126 283 360 315 320 155

memantaskan diri dalam islam